Memberi dan Menginspirasi

Kamis, 21 Maret 2013

Pendidikan Anak Usia Dini Untuk membentuk Generasi emas




Dulu orang beranggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai ketika anak memasuki sekolah dasar (usia 7 tahun) ternyata anggapan itu salah. Pendidikan Taman kanak-kanak saja (4-5 tahun) sudah agak terlambat.  Menurut penelitian dibidang neurologi, pada usia 4 tahun pertama seluruh  kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk.  Tahun-tahun ini disebut golden period, karena anak tumbuh dengan pesat.  Begitu juga dengan perkembangan otaknya, selama 3 tahun pertama, otak anak berkembang secara cepat. Bila kita melakukan stimulasi yang tepat pada saat itu, maka otak dapat berjalan secara maksimal. Stimulasi penting untuk mengeluarkan dan meningkatkan kemampuan anak. Jika anak tidak distimulasi, maka fungsi otak tidak bisa berkembang.
Salah satu fungsi otak adalah kecerdasan atau disebut juga fungsi kognitif. Fungsi otak mempengaruhi intelegensi, pusat pengaturan organ tubuh, untuk berpikir, mempengaruhi emosi dan tingkah laku. Otak memilki jaringan yag akan berfungsi maksimal kalau dirangsang. Untuk itu, otak harus diberikan stimulasi secara optimal dan tentunya dibarengi asupan nutrisi sejak dini. Makin dini stimulasi dilakukan makin baik. Tentunya peran orangtua terutama ibu yang paling dekat dengan anak sangat diperlukan.
Otak terdiri dari belahan otak kanan dan kiri, yang apabila kedua otak ini di rangsang dengan tepat sesuai dengan  tingkat perkembangan anak, maka akan memiliki beberapa potensi kecerdasan. Bukan saja kecerdasan intelektualnya, tetapi kecerdasan emosional dan spiritualnya berkembang secara optimal.  Seperti kita ketahui disamping kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional atau karakter sangat mempengaruhi kesuksesan seseorang dimasa depan.
Para pakar dibidang tumbuh kembang anak termasuk para pakar pendidikan mengingatkan bahwa pendidikan yang salah pada masa dini akan berdampak negative terhadap perkembangan anak dimasa depan. Riset dibidang neurologi juga membuktikan bahwa kecerdasan seorang anak bergantung pada jumlah sel-sel dalam otak dan jumlah simpul-simpul saraf otak yang saling terhubungkan. Dalam hal ini stimulasi yang diberikan sejak dini akan sangat berpengaruh terhadap proses perhubungan dan penguatan sel-sel dan simpul-simpul saraf otak tersebut.
Mengingat pentingnya pendidikan anak usia dini, pemerintah berusaha memfasilitasi dan mensosialisasikan kepada masyarakat. Khususnya kepada masyarakat pedesaan yang belum menyadari akan pentingnya pendidikan usia dini.
Diperkotaan pola pikir masyarakatnya sudah maju, mereka menyekolahkan anaknya sejak dibawah umur 3 tahun. Keberadaan playgroup dan kelompok bermain atau tempat penitipan anak sudah tidak asing lagi. Lain halnya dengan dipedesaan Pos PAUD yang diselenggarakan oleh kader/ pamong yang di fasilitasi oleh pemerintah tidak semua berjalan. Sehingga dana dari pemerintah sudah turun tapi dilapangan tidak ada pos PAUDnya. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, pertama kurangnya pembinaan yang berkelanjutan terhadap kader yang menjadi guru di Pos PAUD, kedua kurangnya sosialisasi dan informasi kepada masyarakat, dan yang ketiga latar belakang pendidikan orang tua.
Para orang tua enggan memasukkan batita (bayi dibawah tiga tahun)ke playgroup atau kelompok bermain, alasannya biayanya mahal, biasanya orang tua yang kurang memahami pentingnya pendidikan usia dini merasa males harus setiap hari mengantar anaknya pergi sekolah.
Tidak bisa dipungkiri kalau saat ini pemerintah begitu memperhatikan terhadap dunia pendidikan, terbukti dengan mengalokasikan 20 persen dari APBN untuk pendidikan. Begitu juga dengan pendidikan anak usia dini yang memilki peran sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia, mendorong pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional, untuk membentuk sebuah direktorat baru yang bernama Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU). Direktorat yang berada di bawah Direktorat Jenderal  Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda ini diharapkan dapat mendorong dan memfasilitasi masyarakat dibidang layanan pendidikan anak dini usia (0-6 tahun), terutama bagi mereka yang karena keadaan terpaksa tidak memungkinkan untuk dapat memberikan layanan pendidikan dini bagi putra-putrinya.
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.(Pasal 1 butir 1). Sedangkan pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada Anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (pasal 1 butir 14).
Penyelenggaraan PAUD harus memperhatikan dan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak. Program ini tidak dimaksudkan  untuk mencuri start apa-apa yang seharusnya diperoleh pada jenjang pendidikan dasar, melainkan untuk memberikan fasilitasi pendidikan yang sesuai bagi anak, agar anak pada saatnya memiliki kesiapan baik secara fisik, mental, maupun social emosionalnya dalam rangka memasuki pendidikan lebih lanjut.
Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa penyelenggaraan PAUD masih belum mengacu betul dengan tahap-tahap perkembangan anak. Pada umumnya penyelenggaraannya difokuskan pada peningkatan kemampuan akademik, baik dalam hafalan-hafalan maupun kemampuan baca-tulis-hitung, yang prosesnya seringkali mengabaikan tahapan perkembangan anak.
Dengan menempatkan penataan lingkungan main aman dan nyaman sebagai pijakan awal yang merangsang anak untuk aktif, kreatif,dan terus berfikir dengan menggali pengalamannya sendiri. Anak belajar terus-menerus tanpa terbebani dengan perasaan bosan, dimulai dari membangun pemahaman tentang sesuatu, mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali suatu konsep, hingga mampu membuat sesuatu yang berharga.
Memanfaatkan masa-masa keemasan pada anak (golden period) melalui pendidikan anak usia dini diharapkan akan melahirkan generasi-generasi emas yang akan berguna nantinya untuk kehidupan bermasyarakat  berbangsa dan bernegara.
Yati Nurhayati

























































































































































































































0

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!