Oleh : Yati Nurhayati
Dalam rangka memperingati hari aksara Internasional, seorang guru diharapkan ikut mendukung program pemerintah yaitu pemberantasan buta aksara, yang dikuti dengan program budaya membaca.
Sungguh memprihatinkan ketika membaca bahwa budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur (“PR” 6/9).
Sedangkan untuk menjadi Negara yang maju, harus memiliki masyarakat yang berbudaya membaca. Budaya membaca sebenarnya bisa ditanamkan sejak dini. Dimulai dari lingkungan keluarga, peran orang tua disini sangat mendukung untuk menumbuhkan minat baca pada anak. Yaitu dengan menyiapkan buku-buku yang berkualitas sesuai dengan umur sianak. Apalagi jika didukung dengan fasilitas ruangan baca agar anak merasa nyaman melakukan aktifitas ini.
Mengajak anak berkunjung ke toko buku diakhir pecan juga sangat bagus, anak bisa memilih buku yang ingin dibacanya. Namun kebanyakan di masyarakat kita lebih sering membelikan mainan dan gadget, dibandingkan membelikan buku. Rasanya sayang mengeluarkan uang untuk membeli buku. Padahal kita tahu buku itu adalah gudangnya ilmu dan membaca adalah kuncinya. Orang tua yang bijak tentu akan lebih memilih membelikan buku daripada membelikan mainan yang membuat anak terlena. Jika anak sudah gemar membaca, iapun akan terdorong untuk menulis. Karena temannya membaca adalah menulis. Menulis apa saja. Tentang dirinya, keluarga, teman-teman disekitarnya dll.
Dengan menulis kita sedang mengasah kedua belah otak. Karena menulis merupakan aktivitas seluruh otak. Yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan otak kiri (logika). Peran otak kanan adalah tempat munculnya gagasan baru, gairah dan emosi. Sedangkan otak kiri tempat munculnya perencanaan, outline, tata bahasa, tanda baca dan penyuntingan.
Mengabaikan salah satu peran otak tidak akan menghasilkan tulisan yang baik. Walaupun proses lengkap menulis melibatkan kedua belah otak, peran otak kananlah yang paling dominan. Jika otak kanan tidak berfungsi maka memulai untuk menulispun tidak bisa karena tidak ada gairah dan gagasan baru sebagai bahan bakar. Ketiadaan bahan bakar ini dikenal sebagai hambatan menulis.
Dengan terus menulis otak kanan dan kiri akan bekerja dengan seimbang dan tentunya akan membuat kedua belah otak itu menjadi cerdas. Keuntungan lain dari menulis adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri karena dengan menulis kta jadi dikenal oleh khalayak luas, dengan menulis ide-ide kita bisa di di baca oleh masyarakat umum, dengan menulis kita bisa mandiri, dengan menulis akal budi hati nurani dan jiwa kita bisa menari secara bebas. Dengan menulis seseorang akan punya sumbangsih bagi masa depan kemanusiaan.
Jjika diterapkan sejak dini, Aktfitas menulis dan membaca menjadi hal yang menyenangkan bagi anak, bukan lagi pekerjaan yang membosankan. Ketika memasuki pendidikan yang lebih tinggi, anak tidak usah lagi dipaksa untuk membaca. Sudah menjadi kesadaran untuk melakukannya sendiri.
Peran sekolah juga sangat penting, yaitu dengan memaksimalkan fungsi perpustakaan. Sebaiknya perpustakaan sekolah bukan saja berisi buku-buku pelajaran sekolah. Untuk mengisi waktu senggang anak, tidak ada salahnya ia membaca cerpen atau novel sebagai karya sastra. Tentunya yang sesuai dengan usia sianak. karena untuk membentuk karakter anak salah satunya dengan membaca karya sastra. Buku-buku tambahan bisa diperoleh dengan menggalang dari para alumni.
Selain itu untuk menanamkan minat baca tulis pada anak pihak sekolah bisa menjaring lewat majalah dinding. Setiap anak bisa mengirimkan karyanya berupa puisi ataupun cerita ke redaksi madding, dan naskah yang layak muat bisa dibaca oleh seluruh siswa. Siswa dituntut kreatif dalam mengirimkan naskah.
Saya merasa salut di SD Lukmanul Hakim diadakan eskul nulis, hal ini bisa ditiru oleh SD – SD lainnya, agar anak terpacu terus untuk menulis. Apalagi jika aktivitas menulis ini ditambah dengan teori-teori menulis cerpen, artikel atau essai, para siswa diajarkan cara mengembangkan imajinasi, mengawali cerpen dengan permulaan yang menarik, membuat klimaks, atau mengakhirinya, menentukan alur plot dan setting. Kegiatan tersebut akan menumbuhkan calon-calon penulis, seorang guru akan menemukan bakat-bakat tersimpan yang dimiliki oleh anak didiknya, untuk selanjutnya di salurkan dengan banyak latihan dan mengikuti perkumpulan/ komunitas kepenulisan.
Semoga harapan Indonesia 100 % melek aksara pada tahun 2015 dapat terwujud. Dan Indonesia bukan lagi bangsa yang terendah dalam hal budaya membaca.
Betul sekali peran orang tua sangat penting. Waktu aku kecil sering dibawakan buku oleh ayah saya, dan ibu saya berlangganan majalah Bobo untuk saya baca. Peran keduanya sangat penting.
BalasHapusalhamdulillah ya memiliki orang tua yang sangat peduli pendidikan
Hapus