Tulisan
Pungkit wijaya yang berjudul membaca buku Digital PR ( 28/5),
menggerakkan penulis untuk menulis buku digital (e-book). Karena menulis dan
membaca adalah dua hal yang tidak bisa
dipisahkan untuk menjadi seorang penulis yang baik harus menjadi pembaca yang
baik terlebih dahulu. Karena dengan membaca , wawasan seseorang akan semakin
bertambah, juga dengan membaca, rasa
bahasa dan kemampuan berbahasa (tulis) seseorang akan tertata. Wawasan yang
luas dan rasa bahasa adalah modal utama yang perlu dimiliki seorang penulis.
Memang
seharusnya para penulis yang sudah malang melintang di dunia tulis menulis
memanfaatkan era digitalisasi ini. Karena
90 persen dari pengguna internet mereka mencari informasi, hal ini memberi
peluang besar bagi para penulis untuk mendulang uang dengan menjual produk
informasi melalui menulis e-book dan menjualnya secara online.
Menulis
buku cetak maupun menulis e-book masing-masing memiliki tantangan tersendiri. Kalau menulis buku cetak tantangannya dalam
mencari penerbit yang cocok dengan tulisan kita. Setelah itu kita tinggal
tunggu royalty bila buku tersebut dicetak dan diterbitkan.
Berbeda
dengan menulis e-book kita harus mempromosikan dan menjualnya sendiri secara
online. Sebelum kita menulis harus
dilakukan test pasar terlebih dahulu, dan menentukan tema apa yang banyak
dicari orang, namun masih sedikit orang menulisnya, hal ini bisa kita lakukan
menggunakan mesin pintar google.
Menentukan
tema dan menulis judul headline akan sangat berpengaruh terhadap profit yang
diperoleh. Oleh karena itu pelajari dan teruslah berlatih menulis judul headline yang membuat orang ingin membeli
produk yang anda tawarkan.
Agar
kita bisa menulis secara baik dan berbobot, maka pastikan bahwa diri kita
benar-benar telah menguasai tema yang akan kita garap.
Yang tidak kalah penting harus diperhatikan dalam
menulis e-book adalah memiliki autoresponder yang fungsinya sebagai penyimpan
database dan pengirim email otomatis. Dengan autoresponder kita bisa memfollow
up calon pembeli, kita bisa menawarkan produk baru, baru dan baru lagi, dan
terlebih kita akan memiliki daftar base pelanggan (Opt in).
Autoresponder
bekerja seperti karyawan untuk kita, sangat penting jika kita mau menjual
produk informasi. Walaupun kita harus membayar dimuka untuk memilki
autoresponder ini. Namun setiap perusahaan autoresponder memilki free trial
untuk dicoba.
Produk
informasi yang dijual di internet sebagian formatnya e-book (elektronik
book-soft copy) dengan format PDF. Jadi kita harus menginstal PDF factory nya
terlebih dahulu. Setelah mengetik materi tulisan dalam Microsoft word, dan
yakin sudah sempurna kita bisa mengubah tulisan nya ke bentuk PDF, yaitu dengan
cara klik file di kiri atas layar computer, lalu pilih print. Kemudian pada
kotak print pilih printer, name = PDF factory dan klik Ok.
Kelebihan
e-book adalah memungkinkan kita untuk mendapatkan profit 100 %, juga aturan
menulisnya tidak sesulit dibanding ketika harus menulis buku cetak.
Jika
kita menulis sebuah buku dan diterbitkan secara konvensional maka honor kita
sebagai penulis hanya 10-15 % dari netto penjualan. Memang kecil karena
penerbit harus membagi keuntungan pada agen, rantai distribusi, juga untuk
biaya oprasional. Namun salah satu keuntungan jika kita sudah memiliki sebuah
buku yang dicetak dan disebarkan secara luas adalah mendapatkan publisitas,
branding, dan tentunya tawaran job seperti membuat seminar, bedah buku, atau
menjadi pembicara tentang topik-topik
yang kita tulis.
Banyak
cerita dari para penulis di dunia maya, yang tadinya hanya iseng menulis secara
online, pada akhirnyapun sukses juga menulis buku konvensional. Karena ada
penerbit yang tertarik ingin menerbitkan tulisannya.
Seperti
seorang traveler nekad Trinity, yang menuliskan pengalaman travelingnya secara
blak-blakan yang dia alami selama melanglang buana dengan modal cekak di media
online. Sampai suatu hari seorang penerbit tertarik ingin menerbitkan tulisan
Trinity menjadi sebuah buku, dan bukunya sangat diminati oleh pembaca di
Indonesia. Kabar terakhir yang saya dengar kalau bukunya sudah cetak ulang dan
laku sampai 30 ribu eksemplar.
Ada
lagi cerita kesuksesan dari seorang Raditya Dika dengan buku kambing jantan
(sebuah buku catatan harian pelajar bodoh) yang meledak dipasaran, dan sekarang
catatan harian seorang Radityapun sudah difilmkan dengan pemeran utamanya
sipenulis sendiri. Kesuksesan dua nama diatas bermula dari kebiasaan mereka
menulis secara online.
Ketika
saya mengikuti sebuah pelatihan menulis buku, dalam sesi perkenalan tidak ada
seorangpun peserta yang mengaku bahwa uang sebagai motivasinya. Satu kesimpulan
dari beragam pernyataan adalah keinginan yang begitu besar untuk membagikan
ilmu, wawasan, wacana ataupun sekedar keresahan dalam bentuk buku. Sebuah
motivasi yang membuat saya kagum karena karena mayoritas peserta berasal dari
professional seperti dokter, trainer, psikolog dengan usia tak lagi muda dan
ditengah setumpuk pekerjaan. Suatu motivasi bagi saya pribadi yang merasa masih
muda untuk memulai proses.
Diera
digitalisasi ini pekerjaan menulis merupakan profesi yang menggairahkan dan
menggembirakan, karena banyak peluang didepan mata, seperti menulis jurnal
harian di blog, menulis e-book, menulis scenario film, menulis iklan, dll.
Baik menulis e-book
maupun menulis buku cetak keduanya memerlukan proses. Tidak ada yang sekali
jadi. Modal utama si penulis adalah kelancaran berbahasa, kelancaran berbahasa
ini hanya bisa dilatih dan diasuh dengan cara membaca sebanyak mungkin dan
latihan menulis terus menerus. Semakin sering mencoba maka seseorang akan
semakin lancar menulis. Ibarat seperti mata pisau agar tidak berkarat harus
dipakai dan diasah terus-menerus. Maka menulis sebenarnya pergumulan yang
intens dan total dengan kehidupan dan pada hakikatnya merupakan proses yang
resah. Selamat mencoba.
terima kasih..infonya sangat membantu...
BalasHapusdontspeakup21.blogspot.com
makasih bisa buat referensi
BalasHapus