Memberi dan Menginspirasi

Senin, 11 Maret 2013

Bahan Kimia Berbahaya di Citarum



Di Pikiran Rakyat (29/11), diberitakan dihalaman depan bahwa telah ditemukan bahan kimia berbahaya di Citarum. Laporan hasil penelitian organisasi kampanye lingkungan global, Greenpeace, yang dipublikasikan di Jakarta pada Rabu menunjukkan bahwa beberapa saluran air yang bermuara ke Sungai Citarum tercemar bahan kimia beracun.
Dalam penelitian yang dilakukan selama bulan Juni -Oktober 2012 di hulu hingga hilir Sungai Citarum, peneliti Greenpeace menemukan cemaran bahan kimia berbahaya di muara kanal dan badan air yang menjadi saluran pembuangan industri di sepanjang sungai.
Para peneliti menemukan cemaran krom heksavalen (Cr6+)  yang merupakan bahan
kimia berbahaya yang bersifat Carsinogen , yaitu di dalam tubuh dia merupakan pemicu timbulnya kanker dan logam berat, diethyl phthalate (DEP), BHT, p-clorocresol dan turunan bahan kimia beracun lain dalam konsentrasi tinggi di saluran air menuju Citarum di Majalaya, Rancaekek, Cisirung, Dayakolot, Margaasih-Leuwigajah, Batujajar, Padalarang, Jatiluhur dan Karawang.

            Peneliti dari Institute of Ecology Universitas Padjadjaran Fifi Dwi Pratiwi mengatakan tingkat keasaman air di saluran air ke Sungai Citarum yang diteliti pun sudah melampaui baku mutu. 
Kondisi yang demikian, menurut dia, berdampak langsung pada ekosistem sungai dan masyarakat yang memanfaatkan ekosistem tersebut.
"Seperti beberapa ikan yang dikonsumsi manusia terdeteksi mengandung zat mercury dan kita bisa terpengaruh karenanya," jelasnya.
Greenpeace menduga cemaran bahan kimia beracun itu berasal dari kegiatan industri sekitar 500 pabrik yang berdiri di sepanjang Sungai Citarum.
Sungai Terkotor Didunia
Miris sekali bila kita mendengar kabar ini ,karena sekitar 5 juta orang tinggal disekitar sungai ini yang sehari harinya menggunakan air sungai ini untuk keperluan mandi ,masak ,mencuci dan sebagainya . Menurut data yang didapat sungai yang memiliki panjang sampai 250 km harus mengairi sekitar 240.000 hektar sawah ,dengan demikian air yang dihasilkan haruslah air yang bersih agar tanaman padi dapat tumbuh dengan baik .
Dari data yang telah diterima sering kali para petani terjangkit penyakit kulit karena pada saat mereka menggarap sawah terkena air dari sungai citarum yang telah terkontaminasi dengan zat zat berbahaya yang dibuang pabrik pabrik kealiran sungai ini. Dari data yang diterima sekitar 150 perusahaan atau pabrik beroperasi disekitar sungai citarum ini dan secara otomatis mereka membuang limbah  mereka langsung kesungai citarum ini yang seharusnya mereka melakukan treatmen dahulu pada limbahnya untuk mengurai zat zat berbahaya yang terkandung didalamnya
Kita lihat saja sekarang, bukan hanya limbah pabrik yang memenuhi sungai citarum ini bahkan sampah sampah domestic rumah tangga pun tak mau kalah, kita sekarang bisa melihat jutaan sampah menutupi permukaan air dari sungai ini bahkan kita tak dapat melihat air karena tertutup rapat dengan sampah. Selain  itu ternyata banyak peternakan sapi tinggal di sekitar sungai ini dan termasuk penyumbang polusi yang terjadi di sungai ini ,mereka membuang kotoran sapi langsung dalam sungai citarum ini dan darah darah hasil pemotongan sapinya sehingga membuat air sungai citarum ini menjadi merah darah .
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia  (Walhi) Jawa Barat pernah merilis bahwa Indeks Potensi Pencemaran Air (IPPA) di Sungai Citarum berkisar 3–5. IPPA sebesar itu menunjukkan tingkat pencemaran sangat berat.Sesuai data yang diperoleh Walhi dari BPLHD Jawa Barat,sekitar 60% pencemar berasal dari limbah domestik (perumahan) dan 40% berupa limbah industri.
Dari 40% industri pencemar Citarum tersebut, diperkirakan ada 400 industri yang ikut mencemari Citarum, baik secara langsung maupun dialirkan melalui anak-anak sungai di wilayah hulu  Daerah Aliran Sungai  (DAS ) Citarum. Menurut Direktur Eksekutif Walhi, Dadan Ramdan, kondisi ini berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar, baik ekosistem Sungai Citarum maupun lingkungan lainnya seperti menurunnya kualitas tanah dan air bersih yang berakibat pula pada menurunnya kualitas pertanian khususnya areal pertanian di sekitar DAS Citarum.
Sangat menyedihkan memang yang telah terjadi di Indonesia kita ini ,semua ini akan kembali baik apabila kita mau bersama sama merubah mainset dipikiran kita untuk selalu menjaga lingkungan hidup kita untuk hidup kita dan keturunan kita nantinya .

Yati Nurhayati
0

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!