Siapa
yang pernah belajar P4 di sekolah? atau
pelajaran Pancasila, PPKN, PMP. Berarti kita seumuran, diera tersebut kita
diharuskan menghapal butir-butir pancasila, menghapal UUD 1945. P4 diajarkan
dari mulai bangku SD hingga kuliah, pelajarannya memang diulang itu-itu saja.
Seputar Pancasila. Kita diperkenalkan dengan lagu-lagu kebangsaan. Diajarkan
cinta tanah air. Pada akhirnya generasi saat itu memang rasa kebanggaan
terhadap negeri sendiri begitu tinggi, rasa memiliki Indonesia Raya begitu
terasa. Lagu Garuda Pancasila dihapal oleh anak TK sekalipun. Karena setiap
hari diputar lagu itu.
Kemana
pelajaran P4, PPKN, PMP saat ini? Butir-butir pancasila semuanya bernilai
positif dan tidak ada yang bertentangan dengan nilai-nilai agama manapun.
Kenapa kurikulum itu dihapuskan? Yang pada akhirnya anak-anak sekarang kurang
rasa kebangsaannya, mereka hidup individualistic, kurang rasa empati terhadap
sesama, tidak ada rasa memiliki.
Itu
hanya sekedar uneg-uneg, mudah-mudahan ada yang peduli terhadap pendidikan
kedepannya. Sebenarnya yang saya mau tulis di sini masalah Unicorn yang sempat
Menjadi perdebatan para Capres.
Banyak
orang yang kurang peduli dampak dari unicorn, mereka menganggap hal yang biasa untuk
investasi asing di Indonesia. Dan memang produk dari luar juga sudah membanjiri
pasar-pasar di dalam negeri. Karena para milenial merasa bangga dengan
produk-produk impor yang dianggap murah dan bagus. Padahal jika dibiarkan akan
mematikan perekonomian UKM.
Tulisan
di atas jadi nyambung, karena kurang rasa memiliki, karena kurang rasa
kebanggaan terhadap negeri sendiri, karena kurang rasa empati terhadap sesama,
akhirnya masa bodo dengan keadaan para UKM yang menjerit, mereka buka lapak di
Mall sepi karena pembeli sekarang lebih suka belanja online, mereka ikutin apa
maunya pembeli dengan berjualan online juga awalnya pembeli banyak jualan di
Marketplace tapi lama-kelamaan jadi susah, jadi seret. Mereka pun mengeluarkan
uang untuk iklan, untuk pelatihan agar bisa survive di bisnis per olshopan.
Tapi tidak begitu berpengaruh. Terhadap omset yang dihasilkan.
Jadi
marketplace itu memiliki data transaksi seller, dari sana mereka bisa
mengetahui produk yang laris dan membuat produk sejenis. Lalu market kita yang
mencari barang di marketplace akan diarahkan ke toko-toko mereka. Tak jarang
dikirim langsung dari luar tanpa ongkir.
Lho
ko bisa ? mereka punya program OBOR (One
Belt One Road) yaitu jalur sutera abad 21. Mereka bekerja cantik dan ciamik.
Ngeri-ngeri sedap pokoknya. Saat ini 90 % barang yang dijual di marketplace
adalah barang impor.
Maka
dari itu jika Anda menjual brand lokal jangan seluruhnya dipercayakan pada
marketplace, bangun brand sendiri. Itu saran saya.
Awalnya
saya juga tidak paham, dan membeli ini, itu di marketplace. Tapi setelah saya membaca dan mengalami sendiri, mencari
barang di L….za…., ternyata barang dikiirm dari kota Taobao China dengan tanpa
ongkir. Saya scrool barang lainnya, hampir rata-rata dari luar. Baru di situ
saya ngeh, ini mungkin yang menyebabkan toko online saya di marketplace sepi
pembeli. Saya juga kerja jadi saya tidak begitu mengurus toko online karena
masih ada gaji setiap bulannya. Tapi bagaimana yang mengandalkan dari dagangan
saja. Ayo kita mulai melek digital, ayo kita mulai perang. Caranya bagaimana,
ya kita cari ilmunya, jangan menyerah dengan keadaan. Yuk kita bangkit.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!