Memberi dan Menginspirasi

Sabtu, 16 Maret 2019

Antologi: Hebohnya Emak-Emak Cari Duit

Tulisan ini pernah menjadi antologi pilihan indiva. Judul awalnya adalah Hebohnya emak cari duit. tapi Penerbit merubah judul menjadi ibu  Penyandang Disabilitas mencari duit. Yang belum membaca bukunya bisa membacanya di blog ini, tapi jika ingin membaca cerita yang lain cari bukunya di Toko Buku ya, mudah-mudahan masih ada.
Yuk disimak



Mencari uang memang bukan kewajiban seorang istri, tapi seorang istri diperbolehkan untuk membantu keuangan keluarga jika memang diperlukan. Idealnya suami yang mencari nafkah dan istri mengurus rumah serta anak-anak. Secara pekerjaan rumah tidak ada habisnya, tentu ada yang terambil haknya jika ibu harus membagi waktu dengan kerja diluar rumah.
Masalah ibu bekerja vs full mom menjadi topik yang tidak ada habisnya dibicarakan orang. Terlebih saat ini Ini dimana seorang wanita memiliki kedudukan yang sama dalam memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Seorang ibu yang memiliki pendidikan tinggi pasti merasa sayang jika ilmunya tidak bermanfaat. Terkadang bukan karena kekuarangan materi mereka bekerja, toh suaminya bisa memberi nafkah lebih dari cukup.  Tapi kebanyakan masalah aktualisasi diri. Orang tua yang sudah menghabiskan banyak uang untuk menyekolahkan anak perempuannya, cenderung mendukung anaknya untuk kerja diluar rumah, mereka rela menjaga cucu-cucunya selama anaknya bekerja.
Menjadi ibu rumah tangga atau wanita karier adalah pilihan, dan setiap pilihan pasti ada konsekuensi yang harus diterima. Seorang ibu yang terpaksa harus kerja kantoran seringkali merasa iri jika melihat ibu rumah tangga yang bisa menemani tidur siang anaknya, bisa mengantar jemput anaknya setiap hari. Dan sebaliknya, ibu rumah tanggapun terkadang merasa iri jika melihat wanita karier yang bisa memiliki penghasilan sendiri, sehingga mereka tidak bergantung pada penghasilan suami.
Tapi di zaman sekarang ini ibu rumah tangga tidak seperti dulu yang hanya  dirumah mengurus anak,  rumah dan suami. Ibu-ibu sekarang walaupun statusnya ibu rumah tangga bisa berkarier dirumah,  ataupun aktif di komunitas social yang sesuai dengan minatnya. Dengan begitu ibu masih bisa menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga dan tetap bisa memiliki penghasilan sendiri.
ini  adalah pengalaman ku sendiri sebagai ibu rumah tangga untuk membantu mencari uang. Aku dari awal menikah memang sudah berkomitmen untuk membantu meringankan beban suami, dengan membantunya mencari uang.
Suamiku penyandang disabilitas, ia  mengalami kecelakaan lalu lintas ketika masih duduk di bangku SMA. Kecelakaan ini mengakibatkan ia harus rela kehilangan kaki kanannya. Dan sejak saat itu suami menggunakan kaki palsu untuk menopang segala aktifitasnya. Sebagai penyandang disabilitas tentu memiliki banyak keterbatasan, terutama dalam mencari pekerjaan.  Akhirnya ia berusaha mandiri dengan mencoba berbagai usaha.  Sudah bermacam-macam usaha ia jalani, mulai dari jadi loper Koran, jualan rokok dan minuman dipinggir jalan, jualan es, jualan pulsa, buka usaha sablon dan lain-lain.  Dan namanya usaha, tidak selamanya berjalan mulus. Terutama jika tersandung dengan modal. Untung tidak seberapa, kebutuhan  banyak. Itulah alasanku untuk ikut membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Walaupun aku tidak sempurna, Yap aku juga seorang penyandang disabilitas, kekurangan ku juga dikaki, kaki kanan jinjit. Aku selalu berusaha menjadi seorang istri dan ibu yang sempurna di depan suami dan anak-anak.  Aku ingin walaupun aku bekerja, tapi urusan rumah tangga dan mendidik anak tetap jadi prioritas.
Sebelum menikah aku pernah bekerja di  sebuah perusahaan, namun ketika anak pertama lahir, aku putuskan untuk  resign, karena pertimbangan anak tak ada yang jaga. Apalagi saat itu banyak sekali pemberitaan di televise mengenai penculikan anak oleh ART atau baby sitter, dan berita penganiayaan anak oleh pengasuhnya.
Dua tahun aku menjadi ibu rumah tangga  full. Lalu lahirlah anak kedua. Kondisi keuangan keluarga semakin memburuk, suamiku belum ada peningkatan usahanya, sedangkan tanggungan bertambah satu. Aku memeras otak bagaimana caranya agar bisa meningkatkan pendapatan. Walaupun dengan berat hati, aku putuskan untuk kembali mencari pekerjaan. Pada saat itu anak pertama berumur 3  tahun kurang, dan anak kedua baru usia 2 bulan.
Yang menjadi dilemma, kalau aku kerja anak-anak masih kecil siapa yang akan menjaga dan mengurusnya. Kalau tidak kerja, penghasilan dari suami hanya cukup  untuk makan sehari-hari, untuk keperluan bayar kontrakan dan lain-lain aku harus memutar otak.
Ditengah-tengah dilemma tersebut, aku terus berdoa agar mendapat pekerjaan yang diridhoi Allah dan tetap bisa mengurus anak-anak. Mulailah aku membeli Koran untuk melihat lowongan pekerjaan. Entah berapa CV  yang sudah aku kirimkan baik lewat pos, email bahkan datang langsung ke perusahaan. Setiap ada panggilan wawancara, aku titipkan anak-anak sama ibu, saat itu jarak kontrakanku dan rumah ibu lumayan jauh. Sedikit ribet memang. Karena keterbatasanku aku juga sulit membawa bayi keluar rumah. Walaupun takut jatuh, aku beranikan dibonceng naik motor sama  suami dengan menggendong bayi.
Bersambung
0

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!