Memberi dan Menginspirasi

Minggu, 28 Agustus 2016

Pengalaman naik Pesawat Garuda

Namanya orang baru pertama naik pesawat terbang, pasti banyak kekahwatiran. Seperti halnya saya yang baru mendapatkan tugas dinas untuk pertama kalinya harus menggunakan pesawat terbang.  Nah sekarang saya akan menceritakan pengalaman naik pesawat pertama yang cukup menegangkan.  Mudah-mudahan pengalaman ini bisa bermanfaat bagi mereka yang mau naik pesawat terbang,  yuk simak di sini!
Kebetulan pertama naik pesawat adalah pesawat Garuda,  dengan jadwal penerbangan pukul 09.00, karena jarak  antara rumah dan bandara cukup jauh dan kalau berangkat siang tidak bisa diprediksi jalanan di Jakarta yang pasti macet, maka saya berangkat lebih pagi. Star dari rumah jam 04.00 menuju ke Terminal Kayu Ringin di Bekasi Barat.  Di terminal Kayu  Ringin ini sudah menanti bis Damri menuju Bandara Sukarno-Hatta. Saya datang ke sana bis sudah hampir penuh, sehingga tak menunggu lama, bis pun berangkat.  Saya duduk di samping seorang ibu paruh baya, awalnya kami saling diam.  Tapi di tengah perjalanan ada sebuah insiden, di saat para penumpang sebagian tertidur tiba-tiba bis kehilangan keseimbangan, oleng ke kanan dan kiri,  semua penumpang yang mayoritas ibu-ibu berteriak, “Astagfirullahal adhim, allahu akbar” pekik  semua penumpang. Untung  supirnya cukup mahir dan bisa mengendalikan mobil.  Dan mobil pun melaju kembali dengan normal. Penumpang diharap tenang kembali.
Ternyata ada barang yang jatuh di tengah tol dari sebuah truk, dan mobil yang kami tumpangi sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Ya saat itu memang jalanan masih kosong.  Si ibu  disamping saya lalu mulai pembicaraan, “saya merasa tidak enak perasaan ketika berangkat, dan saya juga belum sholat subuh. “  “Semua juga memang belum sholat subuh karena kita berangkat tadi sebelum adzan bu” “Saya belum siap kalau mati sekarang, karena belum sholat.”  Saya hanya menanggapi dengan senyuman.
Lain lagi dengan ibu tua yang duduk di belakang supir dia berteriak pada supir kalau dia belum siap untuk mati karena masih punya anak gadis. Semua orang pasti merasa belum siap. Tapi kematian bisa menjemput kita kapan saja dan di mana saja. Maka persiapkan dari sekarang, inilah pelajaran yang saya peroleh dari perjalanan menuju bandara.
Dari sana obrolan mulai mengalir, dari perkenalan dan pertanyaan- pertanyaan basa basi hingga bahasan tentang rokok.  Dia menceritakan suaminya yang awalnya seorang pecandu rokok, bisa drastis berhenti merokok.  Awal mulanya ketika ia terkena DBD dan harus dirawat di rumah sakit. Karena seluruh kamar penuh, terpaksa ia satu kamar dengan pasien kangker paru.  Sepanjang malam pasien kangker paru itu mengerang kesakitan hampir tidak tidur. Suatu ketika sesama pasien ngobrol, karena satu ruangan hanya dihalangi oleh selembar tirai.  Pasien kangker itu ngobrol sama suaminya dan mengatakan sebaiknya bapak jangan merokok. Sejak saat itu suaminya berhenti merokok.  Mudah-mudahan cerita ini bisa menginspirasi bagi bapak-bapak yang masih suka rokok.
Kembali lagi ke pengalaman naik pesawat, walaupun takut karena ini pertama kalinya saya ke bandara sendiri lagi. tapi saya tumbuhkan keberanian dan PD. Saya tidak malu untuk bertanya, dan betapa senangnya saya ketika di bandara bertemu dengan orang satu kantor. Itulah pengalaman pertama saya, yang membuat saya nerveus dan tegang. saya harus menceritakan ini, karena kesana nya pasti akan sering ke luar kota dengan pesawat terbang untuk keperluan dinas. Dan cerita ini akan abadi, bisa dibaca lagi sambil mengenangnya.  


                                                                                                                                                          
1

1 komentar:

Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!