Namanya orang
baru pertama naik pesawat terbang, pasti banyak kekahwatiran. Seperti halnya
saya yang baru mendapatkan tugas dinas untuk pertama kalinya harus menggunakan
pesawat terbang. Nah sekarang saya akan
menceritakan pengalaman naik pesawat pertama yang cukup menegangkan. Mudah-mudahan pengalaman ini bisa bermanfaat
bagi mereka yang mau naik pesawat terbang,
yuk simak di sini!
Kebetulan pertama
naik pesawat adalah pesawat Garuda,
dengan jadwal penerbangan pukul 09.00, karena jarak antara rumah dan bandara cukup jauh dan kalau
berangkat siang tidak bisa diprediksi jalanan di Jakarta yang pasti macet, maka
saya berangkat lebih pagi. Star dari rumah jam 04.00 menuju ke Terminal Kayu
Ringin di Bekasi Barat. Di terminal Kayu
Ringin ini sudah menanti bis Damri
menuju Bandara Sukarno-Hatta. Saya datang ke sana bis sudah hampir penuh,
sehingga tak menunggu lama, bis pun berangkat.
Saya duduk di samping seorang ibu paruh baya, awalnya kami saling
diam. Tapi di tengah perjalanan ada
sebuah insiden, di saat para penumpang sebagian tertidur tiba-tiba bis
kehilangan keseimbangan, oleng ke kanan dan kiri, semua penumpang yang mayoritas ibu-ibu
berteriak, “Astagfirullahal adhim, allahu akbar” pekik semua penumpang. Untung supirnya cukup mahir dan bisa mengendalikan
mobil. Dan mobil pun melaju kembali
dengan normal. Penumpang diharap tenang kembali.
Ternyata ada
barang yang jatuh di tengah tol dari sebuah truk, dan mobil yang kami tumpangi
sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Ya saat itu memang jalanan masih kosong. Si ibu disamping saya lalu mulai pembicaraan, “saya
merasa tidak enak perasaan ketika berangkat, dan saya juga belum sholat subuh. “
“Semua juga memang belum sholat subuh
karena kita berangkat tadi sebelum adzan bu” “Saya belum siap kalau mati
sekarang, karena belum sholat.” Saya hanya
menanggapi dengan senyuman.
Lain lagi dengan
ibu tua yang duduk di belakang supir dia berteriak pada supir kalau dia belum
siap untuk mati karena masih punya anak gadis. Semua orang pasti merasa belum
siap. Tapi kematian bisa menjemput kita kapan saja dan di mana saja. Maka persiapkan
dari sekarang, inilah pelajaran yang saya peroleh dari perjalanan menuju
bandara.
Dari sana obrolan
mulai mengalir, dari perkenalan dan pertanyaan- pertanyaan basa basi hingga
bahasan tentang rokok. Dia menceritakan
suaminya yang awalnya seorang pecandu rokok, bisa drastis berhenti merokok. Awal mulanya ketika ia terkena DBD dan harus
dirawat di rumah sakit. Karena seluruh kamar penuh, terpaksa ia satu kamar
dengan pasien kangker paru. Sepanjang malam
pasien kangker paru itu mengerang kesakitan hampir tidak tidur. Suatu ketika
sesama pasien ngobrol, karena satu ruangan hanya dihalangi oleh selembar
tirai. Pasien kangker itu ngobrol sama
suaminya dan mengatakan sebaiknya bapak jangan merokok. Sejak saat itu suaminya
berhenti merokok. Mudah-mudahan cerita
ini bisa menginspirasi bagi bapak-bapak yang masih suka rokok.
Kembali lagi ke pengalaman naik pesawat, walaupun takut karena ini pertama kalinya saya ke bandara sendiri lagi. tapi saya tumbuhkan keberanian dan PD. Saya tidak malu untuk bertanya, dan betapa senangnya saya ketika di bandara bertemu dengan orang satu kantor. Itulah pengalaman pertama saya, yang membuat saya nerveus dan tegang. saya harus menceritakan ini, karena kesana nya pasti akan sering ke luar kota dengan pesawat terbang untuk keperluan dinas. Dan cerita ini akan abadi, bisa dibaca lagi sambil mengenangnya.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus