Lebaran selalu berkesan, mulai dari persiapan mudik yang cukup melelahkan. Maklumlah kami menggunakan kendaraan umum. Untungnya tidak terlalu macet, tapi anak-anak mabuk di bis karena kami dapat tempat duduk paling belakang. Dulu pernah terbersit tidak mau merantau karena malas harus berdesak-desakan kalau mudik. Tapi itu hanya sebatas keinginan, nasib membawaku untuk kerja di Ibukota.
Tiba di
rumah yang penuh dengan kenangan masa kecil. Rumah yang membuatku rindu untuk
kembali. Terutama dua bocil yang selalu betah di rumah ini. Mereka bersemangat
sekali mau mudik.
Hari
pertama di kampung halaman melaksanakan ritual nadran, nadran atau nyekar
adalah sebuah tradisi mengunjungi makam para leluhur dan sanak saudara. Tradisi
ini sudah turun temurun diajarkan oleh mendiang kakek, dulu waktu kecil kami semua cucunya selalu dibawa ke kuburan
di H-1 atau H-2, sebelum memulai berdoa biasanya kakek selalu bercerita kalau
semua mahkluk itu akan mati, masa-masa
itu masih jelas terkenang sebagai masa kecilku yang paling indah. Ramadan dan lebaran bersama kakek tersayang.
Setiap aku mengunjungi makam beliau, air mataku sudah tak terbendung. Mudah-mudahan beliau bahagia di sana.
Di hari
terakhir puasa, acara buka bersama bareng seluruh keluarga besar, alhamdulillah
tahun ini semua anak Amih bisa kumpul, karena tahun sebelumnya adik ku lebaran
di rumah mertuanya di Palembang. Cucu Amih semakin bertambah, seru banget
banyak anak kecil. Semua bahagia,
mudah-mudahan anak dan cucu-cucu amih selalu akur dan kompak.
Di hari
lebaran, seperti biasa diawali dengan Sholat
idul fitri, terharu dan sempat menangis mendengar khutbah Idul Fitri yang
menyinggung tentang perjuangan seorang ibu, dan pertama yang harus dilakukan
saat Idul Fitri adalah minta maaf kepada ibu, mohon restu dan ridhanya. Dilanjutkan
dengan salam-salaman, makan ketupat dan opor ayam, alhamdulillah
tahun ini masih bisa berbagi angpau, senengnya lihat anak-anak kecil gembira. Dilanjutkan
dengan acara keliling ke rumah kerabat,
setelah sholat dzuhur kita semua tepar,
ngantuk berat dan tertidur kecuali anak-anak yang masih move on tidak ada
capenya.
Hari
kedua tinggal di rumah, tapi ada kerabat yang masih berdatangan
silaturahmi. Baru di hari ke tiga kami
pergi wisata lebaran, tujuannya tidak jauh dan murah meriah yaitu Vila Kancil
yang berada di Bojong Bubu Solokan Jeruk Majalaya. Mencari daerah yang bebas
macet, letakknya juga tidak jauh dari rumah. Sekedar info harga tiket masuk
Vila Kancil Rp 45.000 sudah termasuk kolam renang. Tapi untuk wahana lain
dikenakan biaya lagi.
Kegembiraan
anak-anak saat main di kolam renang dan waterboom, juga saat naik becak mini
dan mancing ikan. Sebenarnya masih banyak wahana lain, tapi waktu yang tidak
mengizinkan.
Hari ke
empat kami balik ke Jakarta dengan hati gembira, rangkaian mudik kali ini
lengkap sudah. Cerita ini saya abadikan sebagai kenangan kebersamaan terindah,
mungkin besok atau lusa atau lebaran tahun depan kita tidak bisa bersama lagi,
bisa jadi saya atau salah satu keluarga sudah di panggil oleh pemilik diri ini,
siapa yang tahu. Dan cerita ini akan dibaca oleh anak-anak saya kelak, kerabat
dan saudara juga pembaca blog ini.
Tulisan ini
diikutsertakan dalam kuis menulis #ALUMNI SEKOLAH PEREMPUAN bersama Mbak Ida Fauziah
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!