Belum
lama rasanya nonton TV dan menyaksikan keadaan di Wuhan, orang-orang pada
tumbang seperti di film-film zombie. Saat itu aku komentar, China lumpuh
gara-gara Corona, tapi masih jauh itu kan di China, berdoa aja mudah-mudahan
virus itu tidak sampai di Indonesia.
Tiba-tiba
ada kabar di Depok yang terinfeksi covid.19, kabar mulai simpang siur. Ada yang
bilang jangan panik, pasien sudah membaik. Itu seperti influenza yang bisa
sembuh sendiri, itu tergantung imun kitalah, kalau kita sehat dan imun kita
bagus nggak akan kena. Aku mencoba berfikir positif, yakin aja kalau Allah sesuai dengan
persangkaan hambanya.
Hanya
berselang beberapa hari saja dari berita dua pasien di Depok itu, kini kasusnya merebak terutama di Jakarta.
Data terupdate hari ini jumlah yang positif 329 dan angka kematian nya mencapai
25 jiwa. Dan indonesia tingkat kematiannya menduduki angka tertinggi di Asia
Tenggara.
Pemerintah
mengumumkan situasi bencana selama 14 hari dan kini ditambah menjadi 90 hari.
Yang paling terkena dampak dari situasi ini adalah para pelaku ekonmomi
menengah kebawah. Mereka yang tidak memilki penghasilan tetap, pekerja harian,
buruh, tukang ojek, supir angkot, pedagang ofline.
Kebetulan
aku PNS, bisa kerja dari rumah Work From home, anak-anak belajar dari rumah,
suami bekerja di rumah jualan online. Jadi aman ketika ada himbauan #dirumahaja
atau Social distance. Dan alhamdulillah tidak kekurangan makanan, obat-obatan,
vitamin, tempat tinggal nyaman. Itu semua aku syukuri, tapi lihatlah situasi
ini pasti berat bagi sebagian orang, dan keluarga besar juga mayoritas bekerja
sebagai pelaku ekonomi. Mereka masih berjualan di pasar dan pasti bertemu
dengan banyak orang. Mereka masih harus pergi ke pabrik, karena kalau tidak
gaji mereka dipotong, belum lagi mereka yang tukang ojek atau supir angkot.
Mereka itu tidak bisa di rumah aja, sementara anak istri mereka tidak punya
bahan makanan yang harus dimasak. Yang lebih miris lagi himbauan cerita warga
Jakarta ketika ada himbauan social distance, mereka mengeluhkan rumah yang
padat penduduk, sedangkan mereka di rumah itu ada beberapa keluarga, untuk
tidur pun susah. Jika hari biasa mereka ada yang kerja, sekolah jadi hanya malam
saja mereka kumpul. Dan kini anak-anak libur, bagaimana rasanya.
Semua
kejadian pasti ada hikmahnya. Seperti
saat ini aku bisa menikmati suasana rumah, biasanya pergi pagi dan pulang
ketika matahari sudah terbenam. Hampir setiap hari seperti itu. Sama anak
jarang ketemu, saya berangkat sebelum mereka bangun. Sekarang saya di rumah anak-anak pun di
rumah. Memang sih belum terbiasa, ada aja yang buat marah, buat stress.
Anak-anak juga selagi masa di rumah aja bosan kali ya, jadi kakaknya yang biasa
main keluar rumah mulai jail sama adeknya. Adeknya juga sedikit-sedikit teriak,
ngadu ngga mau digangguin. Akhirnya emak teriak.
Dapur
yang awalnya hanya untuk masak air, atau telor ceplok. Maklumlah aku termasuk
orang yang simpel dalam hal makanan. Cukup beli di catering rumah sebelah. Kini
berubah seperti dapur umum yang tidak berhenti ngebul. Ada aja permintaan
anak-anak. Untunglah terbantu oleh mbah google untuk masak ini itu.
Anak-anak
yang masih dalam masa pertumbuhan, hari pertama masih bulak-balik ke warung
tetangga, aku berpikir untuk stok jajanan anak-anak yang disukainya. Untung pak
suami mau pergi ke grosir makanan, saya rasa cukuplah untuk satu minggu kedepan.
Oh ternayata baru sehari sudah berkurang
banyak chemilannya. Astaga, padahal makanan sudah saya simpan di tempat
tersembunyi. Kode keras ke anak-anak jangan banyak ngemil, ntar gendut. Dan
walau pun disiapin makanan di rumah, masih tetap pergi ke warung dan beli di
abang-abang yang lewat. Ya salam.
Selain
jadi koki jadi-jadian, seorang ibu juga harus siap jadi guru les privat.
Anak-anak selama belajar di rumah, banyak sekali tugas sekolahnya. Tentu ini
juga PR buat emaknya yang harus update terus dan jangan gaptek.
Itu
pasti membuat stress bagi ibu-ibu yang tidak siap secara mental. Belum lagi
cucian piring yang selalu numpuk, karena yang biasanya kita berbagi tugas sama
abang-abang di sekolah, sekarang semua di rumah jadi otomatis menjadi tugas
tambahan buat emak-emak.
Ini
hanya tips dari saya yang memiliki anak usia SD, dan sedang aktif-aktifnya.
Pertama kerjasama antar anggota keluarga, urusan dapur tanggung jawab ibu, urusan kebersihan nyapu dan ngepel
lantai jadi tanggung jawab anak yang besar, urusan cuci mencuci jadi tanggung
jawab bapaknya. Sedangkan anak yang kecil mengurusi kebersihan kamar tidur.
Anak-anak
pasti bosan kalau #dirumahaja, untuk menyiasati kebosanan, saya libatkan
anak-anak dalam hal kerjaan ringan. Seperti kerja bakti di rumah, atau bercocok
tanam. Saya masih bolehin anak-anak untuk jajan di warung tetangga, asal kalau
dari luar langsung cuci tangan dengan sabun. Karena kita juga harus peduli
dengan warga sekitar kita, usahakan beli kebutuhan di warung tetangga. Karena
mereka punya anak dan istri yang harus dinafkahi.
Sebagai
penutup, ibu-ibu yang sedang WFH, harus terus jaga kesehatan, harus strong dan
jangan sakit. Karena ibu adalah jantung keluarga, ibu yang sehat ketahanan
makanan keluarga aman. Siapkan mental dan tetap jaga kewarasan. Lakukan hobi di
sela-sela kesibukan dan cukup istrirahat. Salam sehat.