Saat wisata ke
Pulau Bali, Guide kami bernama Pak Made menerangkan berbagai tempat pariwisata
di Bali tak lupa beserta tradisi unik di daerah tersebut. Yang paling menarik
perhatian saya adalah tradisi di desa
Trunyan. Desa Trunyan adalah salah satu desa yang terletak di pinggir Danau
Batur, kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Bis terus melaju
dengan cepat, tapi Pak Made masih terus berceloteh tentang desa Trunyan. Beliau
menunjukkan ke arah Danau Batur yang kami lewati, di ujung sana terlihat
perumahan penduduk, nah disitulah letak desa Trunyan. Namun sayang dalam paket
tur ke Kintamani tidak ada wisata ke
desa Trunyan. Hanya saja Pak Made menerangkan bahwa wisatawan dapat melalui dua
jalur untuk sampai di desa Trunyan, jalur darat yang bisa di tempuh dengan 45
menit dari Panelokan, atau melalui dermaga Kedisan menggunakan boat yang sudah
disediakan. Biaya menuju ke sana 500.000 untuk pulang pergi satu kali carter. Biasanya
harga tersebut sudah termasuk pemandu wisata.
Di desa Trunyan
ada tradisi unik masyarakat setempat. Tradisi ini sudah berlangsung sejak dulu,
yaitu menguburkan jenazah dengan cara dibaringkan di atas tanah yang di sebut
sema wayah. Tradisi ini yang menarik wisatawan lokal mau pun mancanegara. Tradisi
ini hampir mirif dengan tradisi di Tana Toraja Sulawesi Selatan.
Tradisi Bali
pada umumnya jika ada yang meninggal dengan cara dibakar atau ngaben atau di
kubur. Berbeda dengan keturunan Bali Aga di desa Trunyan yang membiarkan mayat
tergeletak di atas tanah yang dangkal hingga membusuk. Tapi anehnya mayat
tersebut tidak menebarkan bau busuk.
Pak Made
menerangkan kalau di sekitar mayat-mayat yang diletakkan terdapat pohon taru
menyan. Pohon inilah yang dipercaya oleh penduduk setempat yang mampu
mentralisir bau busuk dari mayat.
Menurut kaidah
dan hukum masyarakat setempat hanya yang mati wajar saja yang bisa dikuburkan
atau disimpan di sema wayah, sedangkan yang mati kecelakaan atau tidak wajar,
terpisah dari sana dan ada lagi yang di sebut sema bantas.
Bali memang kaya akan tradisi dan adat istiadat,
itulah salah satu daya tarik wisatawan yang berdatangan ke Bali.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!