Tawuran antar
pelajar menjadi pemberitaan terhangat
disejumlah media masa. Setelah jatuh korban, barulah para elite berkomentar.
Saling menyalahkan antara sekolah, guru, orang tua dan system pendidikan. Yang semuanya tidak terima disalahkan begitu saja. Daripada kita saling
menyalahkan yuk kita duduk bersama, intropeksi diri dan mencari solusi agar budaya laten tawuran ini tidak mengakar
pada generasi-generasi yang akan datang. Cukup korban tawuran hanya sampai
disini.
Saatnya kita
memperbaiki diri sendiri, yang tua harus menjadi teladan bagi generasi yang
muda. Jika setiap individu ingin menjadi suri tauladan yang baik dimanapun ia berada, baik dilingkungan
keluarga maupun lingkungan masyarakat luas, lambat laun masyarakat kita akan menjadi masyarakat
madani, masyarakat yang dicita-citakan oleh setiap individu.
Marilah kita
mulai dari diri sendiri, mulailah menjaga anak kita masing-masing, anak didik
kita masing-masing, keluarga kita masing-masing agar tidak terjerumus kepada
hal-hal yang negative. Kenalkan anak pada Alquran dan nilai-nlai agama sejak
dini. Agama bukan hanya pelajaran
hapalan, tapi agama harus merasuk ke qolbu masing-masing anak.
Jika anak sudah
dekat dengan Al quran, mau membacanya, menghapalnya, dan mengamalkanya.
Subhanallah dia akan terjaga hingga masa-masa remajanya ia gunakan untuk
mengukir prestasi, dan ketika dewasa insya Allah orang yang dekat dengan
Alquran tidka akan kepikiran untuk korupsi.
Karena Alquran
merupakan suatu keajaiban, obat mujarab bagi setiap permasalahan kehidupan. Sebagai orang tua dirumah,
menyarankan anaknya untuk membaca Al quran setiap selesai sholat lima
waktu, kalau bisa sarankan anak untuk menghapal Al quran, dengan metode one day
one ayat ( sehari satu ayat). Untuk para guru, menyarankan anak bawa al quran
saku kesekolah, agar sebelum memulai pelajaran bisa membaca Al quran terlebih
dahulu, walaupun hanya satu ayat dan bersama-sama menelaah artinya. Jjika
setiap individu orang tua dan guru melakukan hal-hal kecil seperti ini,
insyaAllah perubahan besar akan terjadi di Negara kita.
Suatu perubahan
tidak akan terjadi, jika tidak diusahakan. Dan perubahan besar dimulai dari
hal-hal terkecil. Banyak pakar yang menyalahkan system pendidikan kita, yang
hanya mengedepankan kecerdasan kognitif –akademis, yang berarti hanya mengasah
kecerdasan IQ nya saja. Sedangkan kecerdasan emosi dan spiritualnya
diabaikan. Sehingga anak tidak memiliki
integritas, kepecayaan diri, sportivitas, kreativitas yang semuanya itu
melibatkan emosi.
Mengutip dari
bukunya Ary Ginanjar seorang pakar ESQ, bahwa sebuah penelitian di Amerika
serikat yang menghasilkan sebuah kesimpulan semakin tinggi IQ seseorang, maka
ESQ nya semakin rendah. Banyak anak-anak
remaja yang labil, kehilangan jati diri, jjika kecerdasan IQ tidak dibarengi
dengan kecerdasan emosi. Maka dari itu sekarang perusahaan-perusahaan besar
untuk meningkatkan produktivitas karyawannya mengadakan pelatihan ESQ. dan ini
sangat efektif.
Mengapa didalam
dunia pendidikan tidak diterapkan, dari pendidikan dasar hingga pendidikan
tinggi, hanya mengedepankan kecerdasan Kognitif akademis. Mudah-mudahan ini
sebagai masukkan untuk para praktisi pendidikan, mentri pendidikan dan
jajarannya yang saat ini sedang menggodok kurikulum pendidikan karakter yang
pada tahun 2013 akan diberlakukan.
Program
pemerintah untuk mewajibkan belajar di madrasah diniyah pada tahun 2013 sangat
menunjang untuk membentuk generasi qur’ani, mengingat pelajaran agama di
sekolah sangat rendah. Madrasah diniyah ini dibawah Kemenag bukan Kemendikbud.
Kedepannya sebagai syarat untuk masuk SMP Negri maupun swasta harus memiliki
Raport madrasah diniyah.
Pada tahun depan
juga M nuh selaku mentri pendidikan akan
mengubah kurikulum berupa perampingan mata pelajaran dan penambahan jam
pelajaran. Jika penambahan jam pelajaran memang diberlakukan, jangan sampai ada
timpang tindih antara program kementrian Agama dan kementrian pendidikan.
Karena madrasah diniyah yang sudah berlangsung saat ini mulai pukul 13 hingga
pukul 16.
Segala usaha sudah kita lakukan untuk membentuk generasi unggul berlandaskan Al Quran, hal lain yang jangan sampai kita lupakan adalah berdoa untuk anak-anak kita, berdoa untuk kebaikannya, berdoa agar anak senantiasa mencintai dan mengamalkan Al Quran. Karena doa merupakan senjatanya orang beriman. Wallohu alam
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!