Memberi dan Menginspirasi

Selasa, 02 April 2013

Bersusah payah Pergi Kesekolah



Demi menuntut ilmu sejumlah siswi Madrasah Tsanawiyah YPKM Alhidayah desa Rancakole, kec Arjasari kabupaten Bandung, rela  berjalan kaki selama satu jam dari rumah kesekolah setiap hari. (PR, 14/9) 
Siswa sekolah berkumpul dipinggir sungai menunggu temannya untuk bersama-sama menyebrangi sungai Cisanggiri di kampung Padengdeng, Desa Jatisari Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut. (PR,12/9)
Setelah jembatan  antar kampung ambruk, puluhan siswa itu harus menyebrangi sungai dengan memijak bebatuan licin. Tak jarang ada anak yang terpeleset hingga sepatu dan bajunya basah. Bahkan beberapa anak yang tidak bisa berenang  merasa ketakutan saat menyebrangi sungai. Demi mengenyam pendidkan mereka rela menerobos derasnya air, tidak memikirkan resiko dan bahaya yang mengintai dirinya . semua dinikmati dengan gelak dan canda tawa.
Kondisi seperti itu bukan hanya terjadi di kabupaten garut saja, bahkan ini lebh parah, pada selasa 3 April lalu saya menonton siaran televisi swasta yang memberitakan nasib anak sekolah di Padeglang yang harus bertaruh nyawa demi mengenyam bangku sekolah.
Mereka menyebrangi sungai yang arusnya deras dengan menggunakan perahu, tidak ada jembatan yang menghubung dua kampung tersebut. Terkadang perahu yang mereka tumpangi oleng diterjang arus, hingga seragam dan buku basah semua. Jka arus sedang deras mereka bergandengan tangan sambil berdoa dihati masing-masing untuk menyebrangi sungai.  Setelah satu tantangan teratasi mereka juga harus menaklukkan bukit yang terjal dengan bebatuan, jjka musim penghhujan datang jalanannya licin.  Mereka  bahu membahu dengan saling dorong untuk mencapai bukit.
Sedangkan bagi anak menengah atas mereka masih harus naik angkutan umum berupa minibus, mereka naik diatap karena ongkosnya murah. Bahaya selalu mengintai mereka, jalan yang dlalui bukan jalan yang halus, melainan jalan yang terjal penuh lumpur, tak heran jka sering ada anak yang jatuh dari atap.
Saya pun membaca disebuah situs internet yang menceritakan kakak beradik di Polewali Mandar berjalan setiap hari sejauh 6 kilo meter untuk pergi kesekolah. Mereka melalui jalan setapak, lereng bukit, dan semak belukar dengan penuh semangat. Tak pernah mengeluh dengan kondisi seperti itu. 
Ilustrasi diatas hanya contoh kecil saja, banyak daerah-daerah lain di Indonesia yang belum tersentuh pembangunan. Kondisi geografis Indonesia yang berbukit dan bersungai menjadi salah satu faktornya. Namun demikian harus ada upaya pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut, jangan menunggu ada korban. 
Kesenjangan social jelas terlihat, anak-anak di perkotaan bisa mendapatkan pendidikan dengan mudah, bersekolah  dengan faslitas mewah. Sedangkan di pedesaan yang belum tersentuh pembangunan, anak-ana harus berjuang mempertaruhkan nyawa demi mengenyam pendidikan. Begitu mahalnya pendidikan di desa-desa tertinggal, sehngga nyawapun dipertaruhkan.  Mungkin  banyak anak-anak yang dilarang untuk pergi kesekolah   karena orang tua khawatir anaknya jatuh disungai dan hanyut.
 Kita bisa meihat semangat terpancar dari wajah-wajah mereka, mereka rela bangun lebih pagi dan pergi kesekolah dengan menggunakan obor. Mereka kelak akan menjadi generasi penerus yang tangguh dan tak mudah menyerah.
Diharapkan pemerintah segera membangun insfrastruktur jembatan dan jalan didesa-desa terpencil. Agar pendidikan untuk semua (education for all) bisa segera terwujud. Apalagi hal in terjadi di Jawa barat, tidak jauh dari ibu kota Negara, tidak selayaknya masih ada daerah yang tidak tersentuh pembangunan.
Berdasarkan data dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten garut, dari 193 jembtan gantung yang terdata di 21 kecamatan, haya enam jembatan gantung yang kondisi konstruksinya masih tergolong baik dan dapat digunakan oleh masyarakat dengan aman. Sisanya berada dalam kondisi rusak ataupun hancur. (PR/12/9) 
Kondisi  terebut sungguh meprihatinkan,  juga menyakitkan  bagi warga biasa seperti kami, yang mendengar alokasi  dana pembangunan untuk gedung para wakil rakyat menghabiskan uang triliunan. Kenapa jembatan yang rusak, tidak segera diperbaiki.   
Anggaran pendidikan yang besarnya 20 % dari APBN seharusnya bisa dirasakan juga oleh anak-anak di pedalaman dengan memperoleh pendidikan yang mudah dijangkau. Sehingga anak bisa belajar dengan maksimal dan dapat menyerap ilmu dengan baik.
0

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!