Saat
ada pertemuan keluarga dalam acara pernikahan adik sepupu, ada yang bertanya seputar tulis menulis, wah
saya semangat jelasinnya. Karena saya
orangnya senang ngomporin para ade-ade,
ponakan, teman-teman, ibu-ibu supaya mau nulis dan punya penghasilan dari
sana. Apalagi ini ada anak muda yang
langsung bertanya masalah kirim tulisan ke media. Saya langsung panjang lebar jelasin dari A
sampai Z. saya komporin juga dia supaya punya blog dan gabung di komunitas
blogger.
Saya
merasa sudah mencintai dunia tulis menullis ini, sehingga saya rela berkutat
dengan laptop hingga larut malam. Kadang saya terbangun tengah malam untuk
melanjutkan tulisan yang belum selesai.
Memang kata orang menulis itu candu, ada kepuasan tersendiri ketika
tulisan itu dimuat dan dibaca oleh banyak orang. Jatuh bangun memang saya
menjaga tetap semangat dalam dunia menulis.
Karena
sekarang punya kesibukan lain,
waktu nulis hanya ada di saat weekend itu pun kalau tidak ada acara keluar,
alias liburan di rumah. Tapi saya berusaha untuk konsisten nulis, ya memang
sulit sih. Kembali mengenang masa-masa ketika saya merintis menulis, kemarin saya buka-buka kembali file-file
tulisan lama. Belum lagi kalau saya bongkar kliping-kliping tulisan yang pernah
di muat. Pengen rasanya kembali ke masa-masa itu. Saat tidak ada tekanan dari
atasan, kita bebas mau mengutarakan apa pun lewat tulisan. Indah sekali dunia.
Saying
sekali dulu saya tidak telaten mengumpulkan tulisan-tulisan yang di muat,
apalagi kalau Koran yang memuat sulit didapatkan di Bandung. Dulu yang penting honor masuk rekening,
masalah bukti terbit itu nomor sekian. Penulis matre ya, biarin saja lah orang
mau ngomong apa, saya tidak munafik, saya menulis karena butuh duit he..he…
tapi sekarang beda, kalau ada tulisan di muat di media, pasti saya cari bukti
fisiknya siapa tahu bias buat menaikkan angka kredit.
Dulu
sekitar tahun 2011-2013 saya jajal semua
Koran. Pikiran Rakyat, Tribun Jabar, majalah anak, majalah remaja, majalah
dewasa. Saya punya rekapan tulisan yang dikirim, dan saya pantau terus
media-media yang saya kirimi tulisan. Capek? Ya capek tapi rasa capek dan lelah
terbayar ketika tulisan kita satu-persatu muncul di media cetak. Semua itu
jelas butuh perjuangan. Makanya saya salut sama orang yang menjajal media cetak,
memang tidak mudah dan diperlukan kesabaran.
Tahun
2014 saya mulai berani menulis buku, sebelum saya menemukan tulisan apa yang
cocok, saya jajal semua, dari mulai novel, cerpen, artikel, cerita bahasa
sunda, cerita anak, buku non fiksi. Tapi sekarang saya mulai memilih dan
memilah tawaran, saya akan focus di buku anak-anak. Bismillah mudah-mudahan
bias membagi waktu antara pekerjaan kantor, anak-anak dan menulis.
Saat
ini saya sedang menunggu dua naskah yang diedit editor, dan mempersiapkan
outline-outline untuk buku berikutnya. Doakan dilancarkan ya..Amiin.