Pergi ke solo
kali ini dalam rangka dinas luar dari
kantor, tapi sepertinya sedang mempelajari sejarah masa lalu, karena saya dan
rombongan juga sempat mampir di kediaman keluarga Cendana, Ndalem Kalitan yang
berada di Solo. Tepatnya di hari pertama
saya tiba di Solo, setelah mengurus
stand pameran dan makan malam, kami punya kesempatan keliling kota Solo. Kami melewati Keraton Solo, rumah kediaman
Jokowi, tapi kami tidak turun hanya lewat saja, Kediaman Jokowi sekarang di
jaga ketat. Lalu kami mengunjungi rumah
kediaman Almarhum Soeharto, rumah itu
kini kosong, hanya di jaga oleh satpam. Kata penjaganya sesekali ada orang yang
berkunjung ke sini, kami pun
dipersilahkan untuk melihat ke dalam rumah. Karena saat itu sudah malam, ada
sedikit rasa takut juga, tapi kami beranikan karena ini rombongan he..he..mulai
lah kami narsis selvi di dalam ruangan. Benda-benda antik dan foto Soeharto serta Ibu
Tien terpajang rapi. Walau pro dan
kontra mengenai orang yang pernah berkuasa selama 32 tahun ini, tapi banyak juga jasanya yang tidak bisa kita
lupakan.
di istana Giri bangun
Menurut
penuturan pak Supir yang mengantar kami, hotel Lorin tempat di mana saya dan
rombongan menginap dan menggelar pameran,
masih milik Tomi Soeharto, Subhanallah.
Hotel Lorin ini begitu luas dihiasi dengan taman-taman yang indah. Kaki
pegel berjalan dari kamar hotel ke ruang
pameran, karena harus melewati lorong-lorong kamar dan taman-taman. Hotel Lorin
recomended bagi Anda yang berlibur ke kota Solo, karena letaknya
tak jauh dari bandara Adi Sumarno dan pusat kota. Untuk menu sarapannya, hotel
Lorin jugag menyajikan berbagai hidangan tradisional dan modern.
Keesokan harinya
kami juga berkesempatan berziarah ke makam Eyang Soeharto yang berada di Astana
Giri Bangun. Letaknya di atas bukit,
dulu sewaktu Pak Harto meninggal
sepanjang jalan dari bandara menuju astana Giri bangun dipenuhi mobil yang hendak mengantarkan
jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
Dalam pikiranku kebayang antrian mobil yang panjang di jalan yang
menanjak dan berliku dengan tikungan tajam.
Ini menandakan kalau Soeharto masih dihormati, mungkin saat ini pun
orang bisa membandingkan antara kepemimpinan sekarang dan masa lalu, kalau
rakyat yang penting negara aman dan bahan pokok murah.
pintu masuk menuju Astana Giri bangun
Kami berdoa di
depan pusara Soeharto dan ibu Tien, lalu
berfoto mengabadikan moment. Didampingi
juru kuncen, kami berkeliling sebelum meninggalkan astana giri bangun dan
kembali ke hotel.
Tempat yang aku
kunjungi yang menarik lainnya adalah Museum manusia purba di Sangiran. Di sini aku terpisah dari rombongan, kerena
luas sekali kalau aku mengikuti
rombongan, kakiku suda pegel. Aku hanya mengabadikan patung manusia purba yang
terdekat saja.
Mengunjungi
suatu tempat tentu tak lengkap jika tak icip-icip
kulinernya. Kota Solo terkenal juga dengan
berbagai kuliner yang khas. Makanan murah meriah bisa dinikmati di
berbagai sudut kota ini. Dengan uang sepuluh ribu rupiah saja kita sudah kenyang mendapat nasi dan lauk pauknya.
Inilah kuliner
yang sempat saya cicipi:
Nasi liwet, nasi putih dengan campuran ayam suwir dan
santan kental berwarna putih, bisa
ditambah telur atau ayam sesuai selera. Sepanjang
jalan dan sudut kota banyak dijumpai angkringan nasi liwet. Rasanya enak dan
lezat dengan porsi yang cukup buat perut kenyang. Tapi bagi yang terbiasa makan banyak tentu harus nambah
porsi.
Soto Seger, ini
juga kuliner Solo yang harus dicicipi, sesuai
namanya memang membuat suegeer. Terdiri dari
nasi putih dan soto ayam atau daging sapi. Dengan sambel cabe yang pedes tambah
seger.
Tengkleng,
merupakan gulai tulang kambing. Yang satu ini aku tidak cicipi, semua rombongan
memesan tengleng tapi saya memilih nasi goreng ayam, karena takut kolesterol
naik.
Kupat tahu,
bayanganku sebelum masuk kedai kupat tahu, mau makan kupat dengan bumbu kacang,
tapi salah karena ketupat di sini dengan kecap jadi seperti pempek Palembang,
tapi enak sekali.
Kuliner Solo
juga terkenal dengan rica-rica gukguk, tapi ini khusus untuk non muslim, karena
di sini juga mayoritas agamanya kristen.
Rica-rica gukguk adalah daging anjing, tentu saya tidak cicipi yang satu
ini.
mesti memanfaatkan waktu banget ya mbak..
BalasHapuswalau lagi dinas, paling tidak ada lokasi wisata yang bisa dilihat..
Iya mba, itu pun jalan-jalan setelah tugas selesai, dan memilih waktu sore hari.Makasih sudah singgah
Hapus