Oleh : Ananda Aprilia Sholihah
Dila adalah seorang anak tunggal
yang sangat manja. Ia sekarang duduk dikelas IV SDN 04
Desa Sukamaju. Walaupun ia sudah kelas 4 namun ia sama sekali belum
mandiri. Segala keperluannya disiapkan oleh bundanya yang sangat menyayanginya.
Ia tinggal berdua bersama bundanya,
karena ayahnya kerja diluar kota, dan
pulang hanya di hari Sabtu. Hari Senin ayahnya harus kembali bekrja, begitu
seterusnya. Sedangkan bunda sesekali
menerima orderan menjahit, untuk mengisi waktu luang.
Dari mulai bangun tidur, makan,
mandi, keperluan sekolah semua bunda yang siapin. Begitupun hari ini Dilla baru
saja pulang sekolah ia langsung melempar kantongnya dan membuka sepatu lalu
diletakkan disembarang tempat. “
Bun…makan sama apa ? aku laper.” Dilla berteriak di dapur. Bunda yang sedang sibuk menjahit,
tergopoh-gopoh menghampiri Dilla. “ apa
dill, kok berteriak-teriak ?” “ Bun aku laper.” “ kan ada sayur asem sama
tempe, sama balado ikan dimeja.” “ aku nggak mau nggak suka.” “ jadi maunya apa
?” “ aku lebih baik makan sama telur dadar.” “ tapi ikan lebih bagus Dill” “
Pokoknya aku nggak Mau” dengan terpaksa Bunda menggoreng telur dadar untuk
Dilla.
Bunda juga yang merapikan tas dan
sepatu yang berserakan. Bunda yang setiap
hari mencuci dan menyetrika bajunya sampai rapi. Membereskan kamar tidurnya.
Merapikan buku-buku bacaannya. Merapikkan mainannya. Pokoknya Bunda super hebat
dan dilla super malas.
Suatu hari Bunda sakit. Sakit
bunda lumayan parah. Kata dokter Bunda didiagnosis kangker payudara. Beberapa kali Bunda harus
di kemoterapi. Bunda tak bisa banyak bekerja.
Apalagi kalau setelah kemoterapi bunda hanya tiduran.
Seperti biasa Dilla melempar tas
dan meletakkan sepatu disembarang
tempat. Ia langsung pergi kedapur cari makanan. Dimeja hanya ada nasi putih. Ia
duduk dan cemberut. “ Bun …” langsung ia teringat bundanya yang sedang sakit.
Ia berlari kekamar bunda dan dilihatnya Bunda terbaring lemas. “ apa sayang ? kamu mau makan ya ?” “
biar Dilla ngambil sendiri Bun. Bunda mau makan apa ? ” “ Bunda sudah makan.”
Jawab Bunda.
Akhirnya dengan terpaksa Dilla menggoreng telur sendiri, ia tak tega
melihat Bunda yang terbaring sakit. Iapun merapikan tas dan sepatu yang
berserakkan. Namun Dilla yang terbiasa manja dan semua
diurus oleh Bunda merasa sangat kehilangan Bunda.
Kamar Dilla berantakan, baju seragam tidak disetrika, belum lagi ia harus
mengerjakan PR dan menyiapkan buku sendiri, sedikit-demi sedikit Dilla terlatih
bekerja. Ia mengambil hikmah dari penyakit Bunda. Dan lebih menghargai
pekerjaan bunda. Dulu ia sering pilih-pilih makanan, padahal bunda sudah masak,
tapi ia sering sekali tak menghargai jerih payah bunda. Barulah ia sadar bahwa
masak itu tidak gampang.
Walaupun ayah kini berinisiatif
mengambil pembantu, namun tetap perhatian bunda tak tergantikan. Sekarang Dilla
sadar bahwa pekerjaan bunda tidak mudah. Dari mulai bangun pagi, siapin
sarapan, masak, nyuci piring, ngepel, nyuci pakaian, nyetrika, beresin kamar,
tengah rumah, halaman. Sehari saja Dilla sudah ngos-ngosan. Tapi Bunda tak
pernah mengeluh.
Dilla semakin sayang sama Bunda,
dalam setiap doanya, Dilla sebut nama Bunda agar diberi kesehatan kembali. Dilla janji akan membantu pekerjaan
Bunda setidaknya untuk keperluannya sendiri.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!