Memberi dan Menginspirasi

Minggu, 09 Juni 2013

CERPEN : Ketika Bunda Sakit


Oleh : Ananda Aprilia Sholihah

Dila adalah seorang anak tunggal yang sangat manja. Ia sekarang duduk dikelas IV SDN  04  Desa Sukamaju. Walaupun ia sudah kelas 4 namun ia sama sekali belum mandiri. Segala keperluannya disiapkan oleh bundanya yang sangat menyayanginya.  Ia tinggal berdua bersama bundanya, karena ayahnya  kerja diluar kota, dan pulang hanya di hari Sabtu. Hari Senin ayahnya harus kembali bekrja, begitu seterusnya.  Sedangkan bunda sesekali menerima orderan menjahit, untuk mengisi waktu luang.
Dari mulai bangun tidur, makan, mandi, keperluan sekolah semua bunda yang siapin. Begitupun hari ini Dilla baru saja pulang sekolah ia langsung melempar kantongnya dan membuka sepatu lalu diletakkan disembarang  tempat. “ Bun…makan sama apa ? aku laper.” Dilla berteriak di dapur.   Bunda yang sedang sibuk menjahit, tergopoh-gopoh  menghampiri Dilla. “ apa dill, kok berteriak-teriak ?” “ Bun aku laper.” “ kan ada sayur asem sama tempe, sama balado ikan dimeja.” “ aku nggak mau nggak suka.” “ jadi maunya apa ?” “ aku lebih baik makan sama telur dadar.” “ tapi ikan lebih bagus Dill” “ Pokoknya aku nggak Mau” dengan terpaksa Bunda menggoreng telur dadar untuk Dilla.
Bunda juga yang merapikan tas dan sepatu yang berserakan.  Bunda yang setiap hari mencuci dan menyetrika bajunya sampai rapi. Membereskan kamar tidurnya. Merapikan buku-buku bacaannya. Merapikkan mainannya. Pokoknya Bunda super hebat dan dilla super malas.
Suatu hari Bunda sakit. Sakit bunda lumayan parah. Kata dokter Bunda didiagnosis  kangker payudara. Beberapa kali Bunda harus di kemoterapi. Bunda tak bisa banyak bekerja.  Apalagi kalau setelah kemoterapi bunda hanya tiduran.
Seperti biasa Dilla melempar tas dan meletakkan  sepatu disembarang tempat. Ia langsung pergi kedapur cari makanan. Dimeja hanya ada nasi putih. Ia duduk dan cemberut. “ Bun …” langsung ia teringat bundanya yang sedang sakit. Ia berlari kekamar bunda dan dilihatnya Bunda terbaring  lemas. “ apa sayang ? kamu mau makan ya ?” “ biar Dilla ngambil sendiri Bun. Bunda mau makan apa ? ” “ Bunda sudah makan.” Jawab Bunda.
Akhirnya dengan terpaksa  Dilla menggoreng telur sendiri, ia tak tega melihat Bunda yang terbaring sakit. Iapun merapikan tas dan sepatu yang berserakkan.    Namun Dilla yang terbiasa manja dan semua diurus oleh Bunda merasa sangat kehilangan Bunda.
Kamar Dilla berantakan, baju  seragam tidak disetrika, belum lagi ia harus mengerjakan PR dan menyiapkan buku sendiri, sedikit-demi sedikit Dilla terlatih bekerja. Ia mengambil hikmah dari penyakit Bunda. Dan lebih menghargai pekerjaan bunda. Dulu ia sering pilih-pilih makanan, padahal bunda sudah masak, tapi ia sering sekali tak menghargai jerih payah bunda. Barulah ia sadar bahwa masak itu tidak gampang.
Walaupun ayah kini berinisiatif mengambil pembantu, namun tetap perhatian bunda tak tergantikan. Sekarang Dilla sadar bahwa pekerjaan bunda tidak mudah. Dari mulai bangun pagi, siapin sarapan, masak, nyuci piring, ngepel, nyuci pakaian, nyetrika, beresin kamar, tengah rumah, halaman. Sehari saja Dilla sudah ngos-ngosan. Tapi Bunda tak pernah mengeluh.
Dilla semakin sayang sama Bunda, dalam setiap doanya, Dilla sebut nama Bunda agar diberi kesehatan  kembali. Dilla janji akan membantu pekerjaan Bunda setidaknya untuk keperluannya sendiri. 

0

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!