Memberi dan Menginspirasi

Minggu, 14 Februari 2016

Mengoptimalkan Nafkah Suami


Tugas seorang ibu rumah tangga, selain mengurus anak dan suami, tentu saja mengurus atau memenej keuangan keluarga. Keahlian memenej keuangan ini memang mutlak diperlukan seorang istri. Karena berapapun nafkah yang diberikan suami, akan terasa cukup jika kita pandai mengatur keuangan. Dan sebaliknya jika kita tidak pandai mengatur keuangan, sebesar apapun nafkah yang diberikan akan habis, dan selalu merasa kurang.
Hal ini banyak terjadi dikalangan ibu rumah tangga disekitar rumah saya, mereka  sampai punya hutang berjuta-juta pada rentenir. Bukan tidak dikasih nafkah sama suami, tapi mereka kurang mensyukuri dan mengolah nafkah tersebut. Sebagai contoh seoang istri yang suaminya bekerja sebagai supir angkot, ia mendapat uang dari suaminya harian. Penghasilannya 50 ribu-100 ribu / hari. Tapi karena  pergaulannya, ia membeli kosmetik yang mahal, membeli baju-baju yang sedang tren, membeli perabotan rumah tangga yang kurang diperlukan. Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya seperti membeli beras, sekolah anak, bayar listrik dan lain-lain ia harus berhutang kesana-sini, ujung-ujungnya terjerat rentenir.
Atau contoh lain seorang ibu rumah tangga yang  jika diberi nafkah oleh suami, langsung dibawa ke supermarket atau swalayan. Sehari langsung habis, dan besoknya berhutang. Terkadang saya merasa kasihan, kalau melihat ibu-ibu yang gila belanja seperti itu.
Sebenarnya hal tersebut tidak akan terjadi jika gaya hidup kita menyesuaikan dengan kemampuan yang kita miliki. Sebaiknya jangan besar pasak daripada tiang, cobalah kita menghemat pengeluaran. Sebagian dari penghasilan kita harus ada yang disimpan untuk keperluan-keperluan mendadak, seperti anak sakit dan lain sebagainya. Memang tidak dilarang untuk berdandan, namun sebaiknya memilih kosmetik yang cocok dengan keuangan kita, dan jangan membeli perabotan rumah tangga yang kurang berguna, apalagi dengan cara kredit.
Besar dan kecil itu relaif, namun jika kita memang diberi nafkah oleh suami pas-pasan, sebaiknya kita harus kreatif, jangan hanya menunggu uang dari suami. Kita bisa mengolah nafkah yang diberikan suami. Contoh kecil kita bisa membuka warung di teras rumah, modalnya berasal dari uang yang diberikan suami.  Atau membuka catering, atau memasukkan makanan ringan ke warung-warung dekat rumah.  Banyak pekerjaan rumahan yang bisa dikerjakan oleh ibu rumah tangga. Tentunya harus disesuaikan dengan minat dan kemapuan masing-masing. Jika kita memang berminat pada bidang pendidikan, kita bisa membuka privat atau bimbingan belajar.   Asalkan ada kemauan pasti ada jalan keluar.
Jika memang tidak diperlukan janganlah sekali-kali kita berhutang, apalagi berhutang yang ada bunganya seperti kerentenir. Hal ini akan menyusahkan kita dikemudian hari. Kalaupun harus berutang untuk hal yang produktif, segera untuk melunasinya.
Tidak membeli hal yang tidak dibutuhkan, ini adalah salah satu kiat saya dalam memenej keuangan keluarga. Sehingga walaupun suami tidak memiliki penghasilan tetap, saya tidak berhutang kesana-sini untuk memenuhi kebutuhan keluarga.  Suami saya berjualan, penghasilannya tidak tetap, ada kalanya banyak dan dan ada kalanya sedikit. Saya simpan sebagian penghasilan suami untuk cadangan dikala sepi jualan atau suami sakit dan tidak bisa jualan.  

Mudah-mudahan tulisan ini bisa menginspirasi bagi ibu rumah tangga lainnya, dengan berlaku hidup hemat dan sederhana akan menghindarkan suami dari perbuatan menghalalkan segala cara. Dan insya Allah jika istri mampu memenej keuangan dengan baik, suami akan tambah sayang sama istri.
1

1 komentar:

  1. benar banget bu..kunjungi blog saya juga bu www.seobisnis.com

    BalasHapus

Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!