Memberi dan Menginspirasi

Senin, 18 Februari 2013

Keindahan Alam Bulukumba, Sulawesi Selatan



Mata seakan tak mau terpejam menyaksikan keindahan alam Sulawesi Selatan. Rasanya begitu lengkap anugrah Allah. Dari pantai dan laut yang cantik, pegunungan dan bukit-bukit yang indah, ladang yang subur, hingga hamparan  sawah yang mempesona.
Sea Food
Perjalanan Ini merupakan perjalanan  yang paling mengesankan, pasalnya ini pertama kali saya menginjakkan kaki di tanah leluhurnya suami, ayah dari kedua putra-putri kami. Untuk menikmati perjalanan ini kami sengaja naik  kapal laut,  perjalanan dari Tanjung Priuk ke Pelabuhan Makassar memerlukan waktu dua hari tiga malam. Perjalanan yang begitu melelahkan, namun  semua itu terbayar dengan keindahan alam  yang bisa dinikmati diSulawesi Selatan ini.
Setibanya di Pelabuhan, sudah menunggu mobil charteran yang sengaja dipesan, masih ada 6 – 7 jam lagi perjalanan menuju lokasi yang dituju, Bulukumba.  Tak banyak membuang waktu kami langsung meluncur.  Kami beristirahat sejenak untuk makan siang di Takalar, ikan bakar, udang goreng tepung, cumi-cumi ikan pari  yang semuanya berukuran jumbo sudah tersaji di meja makan. Selamat datang Makkasar, semua serba ikan, dimana-mana ikan, dan ikan  disini di jamin masih segar. Ikan yang super gede itu membuat perut saya kenyang.  Di Takalar juga saya membeli buah tangan, jagung manis. Jagung rebus ini dihidangkan hangat-hangat dengan ditaburi bumbu garam yang sudah disediakan. Nikmat sekali. Beda dengan jagung yang ada di Pulau Jawa.
Perjalanan panjang antara Makkasar Bulukumba, tidak dilewatkan begitu saja, mata saya tetap terjaga, pemandangan yang sangat mengesankan,  kami  menyusuri beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, pertama Kabupaten Takalar, Gowa, Jeneponto, Bantaeng lalu  Bulukumba. Setiap kabupaten menawarkan pemandangan yang menarik, ladang-ladang  yang subur, hamparan sawah menghijau, gunung dan bukit yang cantik, pantai yang sangat eksotis. Sungguh mengagumkan memandang pantai biru bersih yang berkilat-kilat tertimpa sinar matahari  dan kapal-kapal layar yang berlabuh di pantai itu.
Jika lapar atau mengantuk, jangan khawatir. Disepanjang jalan dengan mudah kita bisa temukan  warung, rumah makan, atau kafé  sederhana. Selain  rumah makan yang menyediakan  makanan khas Makkasar / Bugis seperti sop konro, cotto, es pisang  ijo,  banyak juga area peristirahatan yang menyediakan makanan umum seperti ayam goreng dan lain-lain. Jadi urusan mengisi bensin bukan hal yang susah.     Uniknya, papan nama rumah makan yang kami jumpai kebanyakan menyebutkan asal kota pemiliknya. Misalnya “ Rumah Makan Soppeng”, “ Konro Pinrang”,” ikan bakar Mamuju”, dan lain sebagainya.
Akhirnya Sampai Di Bulukumba
Sampai lah kami di tanah leluhur, Bulukumba biasa orang menyebutnya Butta Panrita Loppi ( Butta = bumi, Panrita Loppi = Keahlian dalam merancang, merakit dan melayarkan pinisi). Disinilah Kapal Layar pinisi bermula, hal ini juga yang menjadi kembanggaan masyarakat Bulukumba yaitu Kapal pinisi. Tepatnya di Tanjung Bira keahlian membuat Kapal Pinisi ini. Yang terkenal keahlian  desain dan melayarkan pinisi adalah orang Bira, keahlian mengukur dan merakit adalah orang Ara, keahlian finishing (penghalusan) adalah orang lemo-lemo. Para wisatawan diperbolehkan melihat pembuatan kapal pinisi, dan bisa membeli miniaturnya yang banyak dijual sebagai oleh-oleh khas tanjung Bira.
Tanjung Bira terkenal juga dengan pantainya yang indah dan eksotik, dengan hamparan pasir putih dan nyiur melambai, deburan ombak dan kuliner yang memanjakan lidah  membuat para wisatawan ingin kembali lagi kesana.
Jika berkunjung kesini jangan khawatir, pembangunannya sudah cukup merata hingga kepelosok desa, sehingga infrastruktur jalan antar kecamatan ataupun antar desa cukup lancar.
Mata pencaharian utama adalah nelayan dan bertani, banyak sekali ikan disini, setiap pagi para nelayan yang baru pulang melaut sibuk mengatur ikan yang akan dikirim kebeberapa daerah, sepanjang jalan arah kota Bulukumba berjejer tukang ikan segar. Selain padi dan rempah-rempah disini juga terkenal dengan cengkeh, setiap panen petani cengkeh mendapatkan untung hingga puluhan juta dari hasil cengkehnya.   Disini juga terkenal dengan penghasil rumput laut pembuat agar-agar, daerah yang kaya. Hasil laut dan alam yang patut disyukuri oleh penduduknya.
Di Bulukumba ada satu etnis yaitu Kajang pemimpinnya di namakan Amma Toa  berada di Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Letaknya kurang lebih 40 km sebelah timur Kota Bulukumba. Keunikan budayanya sudah terdengar hingga ke seluruh penjuru dunia. Keunikan ini pula yang membuat Kajang tiap tahunnya dibanjiri wisatawan mancanegara.
Orang Kajang  betul-betul memegang teguh kitab lontara itu. Pasang ri Kajang menyimpan pesan-pesan luhur. Yakni, penduduk Tana Toa harus senantiasa ingat kepada Tuhan. Lalu, harus memupuk rasa kekeluargaan dan saling memuliakan. Orang  kajang  juga diajarkan untuk bertindak tegas, sabar, dan tawakal. Pasang ri Kajang juga mengajak untuk taat pada aturan, dan melaksanakan semua aturan itu sebaik-baiknya.
Masyarakat adat Kajang  tinggal berkelompok dalam suatu area hutan yang luasnya sekitar 50 km. Mereka menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal moderenisasi, kegiatan ekonomi dan pemerintahan Kabupaten Bulukumba. Mungkin disebabkan oleh hubungan masyarakat adat dengan lingkungan hutannya yang selalu bersandar pada pandangan hidup adat yang mereka yakini.
Hitam merupakan sebuah warna adat yang kental akan kesakralan dan bila kita memasuki kawasan ammatoa pakaian kita harus berwarna hitam. Warna hitam mempunyai makna bagi Mayarakat Ammatoa sebagai bentuk persamaan dalam segala hal, termasuk kesamaan dalam kesederhanaan. tidak ada warna hitam yang lebih baik antara yang satu dengan yang lainnya. Semua hitam adalah sama. Warna hitam menunjukkan kekuatan, kesamaan derajat bagi setiap orang di depan sang pencipta. Kesamaan dalam bentuk wujud lahir, menyikapi keadaan lingkungan, utamanya kelestarian hutan yang harus di jaga keasliannnya sebagai sumber kehidupan.
Suku Kajang dalam lebih teguh memegang adat dan tradisi moyang mereka dibanding penduduk kajang luar yang tinggal di luar perkampungan. Rumah-rumah panggung yang semuanya menghadap ke barat tertata rapi, khususnya yang berada di Dusun Benteng tempat rumah Amma Toa berada. Tampak beberapa rumah yang berjejer dari utara ke selatan. Di depan barisan rumah terdapat pagar batu kali setinggi satu meter. Dalam bahasa bugis Konjo yang kental merupakan bahasa suku yang selama ini sebagai media komunikasi antar sesama masyarakat suku kajang.
Bahasa yang digunakan disini merupakan bahasa bugis, bahasanya lebih halus dibandingkan dengan bahasa Bugis Makassar. Dahulu Bulukumba merupakan daerah kerajaan dengan rajanya yang terkenal dengan nama Sulthan Andi Daeng Radja, yang sekarang diabadikan menjadi nama jalan dan nama Rumah sakit Umum Daerah Bulukumba.

Pernah di muat di Prioritas
2

2 komentar:

  1. wuiih... bulukumba keren juga. biasaya saya lewat saja di situ untuk menyebrang ke selayar

    BalasHapus
  2. ya mudah-mudahn bisa juga berwisata disana

    BalasHapus

Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!