Pernah dimuat Di Harian Umum Pikiran Rakyat
Awalnya tak menyangka ada kawasan yang indah dan alami tak jauh
dari Jakarta. Itulah Pulau Tidung, pulau terbesar dalam gugusan di kepulauan
seribu. Lokasinya berada di Teluk Jakarta. Terdiri dari dua bagian yaitu
Pulau Tidung Kecil dan Tidung Besar.
Yang pertama kali dihuni adalah Pulau Tidung kecil, tapi karena jumlah penduduk
terus bertambah, Pulau Tidung kecil saat ini tidak berpenghuni, dijadikan
perkebunan Mangrove yang dikelola oleh pemerintah untuk menjaga keseimbangan
alam.
Pembangunan di Pulau Tidung
Walaupun dekat dengan Jakarta, penduduk pertama disini bukan dari
suku Betawi, menurut sejarah orang pertama Pulau Tidung adalah seorang seorang
raja Pandita dari Kalimantan Timur, nama
pulau Tidung diambil dari nama sebuah suku
tempatnya berasal. Terdapat dua suku pertama yang menduduki Pulau Tidung,
yaitu dari Kalimantan bernama Raja
Panditadan dari Banten yang bernama Ki Turuf. Keduanya adalah orang pertama
hingga akhir hayatnya mendiami Pulau Tidung, hingga kini makamnya menjadi
tempat wisata sejarah.
Kini di Pulau Tidung berkembang beberapa etnis yaitu etnis Mandar
Kalimantan, etnis Betawi, etnis Bugis, Etnis banten dan Madura. Mata
pencaharian mereka adalah nelayan dan petani.
Transportasi ke Pulau Tidung hanya bisa dilalui dengan jalur
laut, berangkat dari Pelabuhan Muara Angke
Jakarta Barat dengan menggunakan kapal motor tradisional selama 3 jam atau kapal motor cepat (speedboat) dari dermaga kapal Marina Ancol dengan lama
perjalanan 1,5 jam.
Hamparan laut yang membiru dan deburan ombak menjadi suguhan
pertama yang mengesankan.
Dari kejauhan Nampak dua daratan mungil yang terhubung dengan
jembatan kayu. Kapal kami berlabuh di pelabuhan Betok, merupakan pelabuhan
inti di Pulau Tidung, tempat kapal-kapal
bersandar.
Jembatan Cinta
Antara pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung kecil membentang
jembatan sepanjang 1 km, jembatan ini dinamakan jembatan cinta, entah dari mana
awal penamaan jembatan tersebut. Mitos yang beredar mengenai jembatan ini ada
hubungannya dengan asmara, menurut cerita yang beredar jika pasangan melewati
jembatan ini maka hubungannya akan langgeng, ada lagi cerita jika pasangan
melompat dari jembatan ini hubungannya akan abadi hingga maut memisahkan. Tak heran jika jembatan ini sering dipakai
untuk melamar atau mengabadikan dengan foto pre wedding.
Terlepas dari kebenaran akan mitos tersebut, Pulau Tidung memang
memiliki keindahan eksotis,
Jembatan ini menjadi tempat favorit bagi para wisatawan, wisatawan
bisa melihat sunrise dan sunset, biasanya anak-anak masyarakat setempat menyajikan atraksi melompat
ke laut. Pemandangan ini menjadi hiburan tersendiri bagi saya dan keluarga. Saat menyebrang ke Pulau Tidung kecil,
wisatawan dapat menikmati pemandangan alam bawah laut yang begitu indah.
Terumbu karang dan berbagai macam ikan terlihat jelas dari atas jembatan. Keindahan bawah laut Pulau Tidung tak kalah
indah dengan taman laut Bunaken Sulawesi Utara ataupun kepualauan Raja Ampat
Papua. Pantai yang berada di awal jembatan adalah
pantai Tanjongan Timur. Pantai yang aman karena tidak memiliki ombak besar.
Snorkling di pantai Tanjung
Barat
Pantai Tanjung Barat kurang
dijamah oleh wisatawan, mungkin karena letaknya berada di ujung Pulau Tidung
besar. Kita bisa bersepeda menuju ke Pantai Tanjung Barat ini. Dipantai ini
juga kita bisa melihat sunset dan sunrise, namun kebanyakan pengunjung kepantai
ini untuk Snorkling dan mancing.
Setelah menjelajahi taman bawah laut, tiba saatnya untuk mencicipi
kulinernya, yaitu otak-otak, rasa otak-otak tak jauh berbeda dengan rasa
otak-otak pada umumnya. Yang membedakan bentuk dan bumbu setiap pedagang
berbeda-beda. Dingin-dingin lapar, enak sekali menyantap otak-otak.
Selama di Pulau Tidung kita
bisa istirahat di homestay yang telah disediakan oleh penduduk disana, di
homestay ini tak ada fasilitas mewah. Karena wisata pulau Tidung memiliki
konsep berbasis masyarakat. Sehingga pemanfaatan fasilitas yang ada akan
kembali ke masyarakat. Belum ada investor yang mengelola lokasi wisata Pulau Tidung
dalam skala besar. Untuk berkeliling pulau Kidung, masyarakat sekitar banyak
yang menyewakan sepeda. Kitapun bisa dengan leluasa untuk berkeliling pulau Tidung
Besar dan kecil. Di pulau Tidung kecil terdapat wisata tanaman, disini terdapat
sederetan pohon mangrove dan kelapa.
Kita juga bisa berwisata sejarah, yaitu mengunjungi makam panglima hitam
dan Raja Pandita, selain itu wisata sejarah juga dikemas dengan
menginformasikan asal-usul Pulau Tidung.
Kehidupan masyarakat
nelayan Pulau Tidung turut memberi keunikan tersendiri bagi tempat wisata di
Jakarta Utara ini. Karena tempat wisata ini sangat
alami dan berbasis masyarakat, sebaliknya dengan Pulau bidadari yang masih berada di gugusan kepulauan seribu yang membangun resort mewah untuk menarik
wisatawan.
Waktu
liburan telah habis, saya dan rombongan bersiap untuk kembali ke Bandung, dan
berharap suatu hari nanti bisa menikmati keindahan Pulau ini lagi. Ada satu lagi makanan khas Pulau Tidung yang
jangan dilewatkan yaitu keripik sukun, saya membeli untuk cemilan di bis dan
oleh-oleh untuk dibawa kerumah.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!