Pemandangan
yang indah dan udara yang sejuk menyapa saat menginjakkan kaki di areal wisata
alam Panjugjugan. Daerah yang masih asri di daerah Sumedang ini selalu
kebanjiran pengunjung, terutama dikala weekend.
Dengan
hanya membayar tiket masuk Rp5000/ jiwa, kita sudah bisa menikmati berbagai
fasilitas yang disediakan. Sangat cocok untuk keluarga besar yang ingin
menikmati liburan yang murah meriah namun tetap
mengedukasi.
Wisata
Pangjugjugan tepatnya berada di Babakan
Anjun, Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, kira-kira 3
kilometer dari Simpang ke arah Parakan Muncang. Begitu kita masuk,, kita akan
disuguhi dengan pemandangan yang asri dan sejuk, Berada di atas perbukitan
dengan suhu yang sejuk dan pemandangan alam yang memesona, lokasi ini pun
didukung berbagai macam fasilitas rekreasi dan arena bermain anak.
Saya
bersama keluarga langsung ketempat lesehan saung-saung yang sudah disediakan.
Membuka perbekalan, karena niatnya dari rumah kita mau bothram, setelah selesai menikmati makanan yang dibawa dari rumah,
anak-anak siap dengan pakaian renangnya, disini tersedia kolam renang untuk
anak-anak. Selain itu disini juga
terdapat playground, arena bermain anak, terapi ikan,
batu refleksi, curug, lapangan futsal, flying fox, becak mini, tunggang kuda
dan paparahuan.
Tapi
khusus untuk kolam renang, flying fox, becak mini, tunggang kuda dan paparahuan
kita harus membayar lagi. Tak hanya itu, di tempat ini pun ada
penginapan Rumah Adat sunda, yang terdiri dari 60 kamar penginapan dan 15
tempat lesehan. Disinipun terdapat ruang / gedung untuk mengadakan resepsi atau
seminar.
Selain wisata alam
ternyata ada ekowisata, bisa keliling kebun, peternakan ungas, kelinci,
kambing, sapi perah dan sapi potong. Ada juga sekolah alam, outbond, pelatihan, bahkan
pemancingan juga ada. Untuk ekowisata tidak bayar lagi. “Kalau musim panen
biasanya pengunjung memetik sendiri, nanti dihitung sesuai hasil petiknya
saja” kata ibu Desy Idayanti staff HRD.
Setelah
menemani anak-anak main di wahana air, kami berkeliling menikmati pemandangan
disini, berfoto di bawah burung elang. Lalu menjalani terapi ikan. Konono
terapi ini mampu mengobati banyak penyakit, salah satunya reumatik. Tak kalah seru kami mencoba permainan
tradisoinal jaman baheula, bermain engrang dan pelepah kelapa yang di tarik.
Saat ini permainan-permainan tersebut sudah jarang ditemui. Berbagai aktivitas seru bisa dilakukan bersama
keluarga disini.
Menurut Djadjat Suhardja seorang
lulusan ITB dan sekaligus pendiri Alam Wisata Pagjugjugan, lokasi ini
dibangun untuk menjaga kelestarian alam terutama populasi burung elang yang
hampir punah. "Makanya, jika kita menikmati pemandangan di sini, kita pun
bisa menyaksikan burung-burung elang yang terbang di atas areal seluas 12
hektar ini," katanya.
Wisata Alam Pangjugjugan dibuka
secara resmi oleh Bupati Sumedang tanggal 29 Februari 2009. Sampai sekarang,
tempat wisata ini terus berkembang.
Semakin
siang pengunjung semakin padat, dari
plat mobilnya banyak juga pengunjung dari luar kota, diantaranya dari Jakarta.
Menurut pengelola
Wisata Alam Pangjugjugan mengatakan bahwa lebih dari 3000 pengunjung
berwisata di sini setiap bulannya. Umumnya wisatawan yang datang berasal dari
mahasiswa yang melakukan outbound. Ada juga pelajar dari beberapa sekolah yang
melakukan wisata edukasi, seperti pengenalan tumbuhan dan hewan serta cara-cara
bertani dan berternak.
Sebelum
kami pulang tak lupa untuk membeli buah tangan, oleh-oleh khas Pangjugjugan, seperti krispi yang
terbuat dari jamur tiram, dodol stroberi, abon lele, keripik pisang dan
karamel.
Mungkin harapannya
kedepannya pihak pemerintah daerah lebih memperhatikan akses jalan menuju
wisata panjugjugan ini, jalan menuju wisata ini sempit dan berbatu. Apalagi tidak
ada pentunjuk arah. Sehingga kami harus selalu bertanya disepanjang jalan. Tulisanku dimuat di Pikiran Rakyat