Memberi dan Menginspirasi

Kamis, 09 Oktober 2014

Pulau Tidung, Keindahan di Pulau Terpencil


Pernah dimuat Di Harian Umum Pikiran Rakyat
Awalnya tak menyangka ada kawasan yang indah dan alami tak jauh dari Jakarta. Itulah Pulau Tidung, pulau terbesar dalam gugusan di kepulauan seribu. Lokasinya berada di Teluk Jakarta. Terdiri dari dua bagian yaitu Pulau  Tidung Kecil dan Tidung Besar. Yang pertama kali dihuni adalah Pulau Tidung kecil, tapi karena jumlah penduduk terus bertambah, Pulau Tidung kecil saat ini tidak berpenghuni, dijadikan perkebunan Mangrove yang dikelola oleh pemerintah untuk menjaga keseimbangan alam.
Pembangunan di Pulau Tidung
baru dilaksanakan pada tahun 1984 dengan membangun sebuah mesjid.  Pasokan listrik menggunakan mesin diesel, baru pada tahun 2006 mendapat pasokan listrik 24 jam. 
Walaupun dekat dengan Jakarta, penduduk pertama disini bukan dari suku Betawi, menurut sejarah orang pertama Pulau Tidung adalah seorang seorang raja  Pandita dari Kalimantan Timur, nama pulau Tidung diambil dari nama sebuah suku  tempatnya berasal. Terdapat dua suku pertama yang menduduki Pulau Tidung, yaitu dari Kalimantan  bernama Raja Panditadan dari Banten yang bernama Ki Turuf. Keduanya adalah orang pertama hingga akhir hayatnya mendiami Pulau Tidung, hingga kini makamnya menjadi tempat wisata sejarah. 
Kini di Pulau Tidung berkembang beberapa etnis yaitu etnis Mandar Kalimantan, etnis Betawi, etnis Bugis, Etnis banten dan Madura. Mata pencaharian mereka adalah nelayan dan petani.
Transportasi ke Pulau Tidung hanya bisa dilalui dengan jalur laut,  berangkat dari Pelabuhan Muara Angke Jakarta Barat dengan menggunakan kapal motor tradisional selama 3 jam   atau kapal motor cepat (speedboat)  dari dermaga kapal Marina Ancol dengan lama perjalanan 1,5 jam.
Hamparan laut yang membiru dan deburan ombak menjadi suguhan pertama yang mengesankan.
Dari kejauhan Nampak dua daratan mungil yang terhubung dengan jembatan kayu. Kapal kami berlabuh di pelabuhan Betok, merupakan pelabuhan inti  di Pulau Tidung, tempat kapal-kapal bersandar.

Jembatan Cinta
Antara pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung kecil membentang jembatan sepanjang 1 km, jembatan ini dinamakan jembatan cinta, entah dari mana awal penamaan jembatan tersebut. Mitos yang beredar mengenai jembatan ini ada hubungannya dengan asmara, menurut cerita yang beredar jika pasangan melewati jembatan ini maka hubungannya akan langgeng, ada lagi cerita jika pasangan melompat dari jembatan ini hubungannya akan abadi hingga maut memisahkan.  Tak heran jika jembatan ini sering dipakai untuk melamar atau mengabadikan dengan foto pre wedding.
Terlepas dari kebenaran akan mitos tersebut, Pulau Tidung memang memiliki  keindahan eksotis,
Jembatan ini menjadi tempat favorit bagi para wisatawan, wisatawan bisa melihat sunrise dan sunset, biasanya anak-anak  masyarakat setempat menyajikan atraksi melompat ke laut. Pemandangan ini menjadi hiburan tersendiri bagi saya dan keluarga.  Saat menyebrang ke Pulau Tidung kecil, wisatawan dapat menikmati pemandangan alam bawah laut yang begitu indah. Terumbu karang dan berbagai macam ikan terlihat jelas dari atas jembatan.  Keindahan bawah laut Pulau Tidung tak kalah indah dengan taman laut Bunaken Sulawesi Utara ataupun kepualauan Raja Ampat Papua.   Pantai yang berada di awal jembatan adalah pantai Tanjongan Timur. Pantai yang aman karena tidak memiliki ombak besar.
Snorkling di pantai Tanjung Barat
 Pantai Tanjung Barat kurang dijamah oleh wisatawan, mungkin karena letaknya berada di ujung Pulau Tidung besar. Kita bisa bersepeda menuju ke Pantai Tanjung Barat ini. Dipantai ini juga kita bisa melihat sunset dan sunrise, namun kebanyakan pengunjung kepantai ini untuk Snorkling dan mancing.
Setelah menjelajahi taman bawah laut, tiba saatnya untuk mencicipi kulinernya, yaitu otak-otak, rasa otak-otak tak jauh berbeda dengan rasa otak-otak pada umumnya. Yang membedakan bentuk dan bumbu setiap pedagang berbeda-beda. Dingin-dingin lapar, enak sekali menyantap otak-otak.
Selama di Pulau Tidung  kita bisa istirahat di homestay yang telah disediakan oleh penduduk disana, di homestay ini tak ada fasilitas mewah. Karena wisata pulau Tidung memiliki konsep berbasis masyarakat. Sehingga pemanfaatan fasilitas yang ada akan kembali ke masyarakat. Belum ada investor yang mengelola lokasi wisata Pulau Tidung dalam skala besar. Untuk berkeliling pulau Kidung, masyarakat sekitar banyak yang menyewakan sepeda. Kitapun bisa dengan leluasa untuk berkeliling pulau Tidung Besar dan kecil. Di pulau Tidung kecil terdapat wisata tanaman, disini terdapat sederetan pohon mangrove dan kelapa.  Kita juga bisa berwisata sejarah, yaitu mengunjungi makam panglima hitam dan Raja Pandita, selain itu wisata sejarah juga dikemas dengan menginformasikan asal-usul Pulau Tidung.  Kehidupan masyarakat nelayan Pulau Tidung turut memberi keunikan tersendiri bagi tempat wisata di Jakarta Utara ini. Karena tempat wisata ini sangat alami dan berbasis masyarakat, sebaliknya dengan Pulau bidadari yang masih  berada di gugusan kepulauan seribu  yang membangun resort mewah untuk menarik wisatawan.
Waktu liburan telah habis, saya dan rombongan bersiap untuk kembali ke Bandung, dan berharap suatu hari nanti bisa menikmati keindahan Pulau ini lagi. Ada  satu lagi makanan khas Pulau Tidung yang jangan dilewatkan yaitu keripik sukun, saya membeli untuk cemilan di bis dan oleh-oleh untuk dibawa kerumah. 
0