Memberi dan Menginspirasi

Kamis, 07 Maret 2013

Kisah-Kisah jam,aah haji

Tulisan remeh Temeh yang pernah dimuat di Seerba- Serbi Haji Pikiran Rakyat, tapi honornya lumayan untuk tulisan sesederhana itu.


Ditemani Malaikat kecil
Ini merupakan pengalaman seorang jemaah haji asal kab Bandung, sebut saja namanya Hj. Fulanah. Selama ia berada di Tanah Suci ia mengalami kejadian-kejadian yang aneh dan ganjil. Kemanapun ia pergi selalu diikuti oleh anak-anak kecil. Dan anak-anak kecil itu selalu siap membantu dikala ia sedang kesulitan.
Saat pergi ke tanah suci Hj Fulanah memang sudah tua, berumur diatas 60 tahun. Tapi semua yang dikhawatirkan anak-anaknya di tanah air, tidak kejadian. Malahan ia mendapat kemudahan dengan adanya anak anak kecil yang entah datangnya dari mana. Setiap ia mau menyebrang jalan ada yang membantu anak kecil, adayang membantu nya mencuci pakaian, masak, ngambil makanan, bahkan setiap malam ada saja yang bersedia mijitin kakinya. “ saya seperti memiliki cucu di tanah suci” ujarnya saat bercerita kepada para tamu yang datang sepulang ia dari tanah suci.
Ternyata setelah ditanya kenapa mengalami kejadian yang ganjil tersebut, Hj. Fulanah menceritakan mungkin karena ia sejak dulu menyukai dan menyayangi anak-anak. Dan tak lupa ia sering memberi anak-anak makanan dan uang. Walohu alam hanya Allah yang tahu rahasia dibalik setiap kejadian.
Subhanllah, ditanah suci memang sebagian orang mempercayai terjadinya  hokum karma, apa yang dilakukannya ditanah air, akan dialami di tanah suci. Mendapat kemudahan atau hambatan. Tergantung amalan kita. Walohu alam.

 
MERASA TIDAK ENAK MAKAN
Pengalaman ini merupakan pengalaman suami istri jamaah haji asal kab Bandung yang pergi bersama-sama 
 
menunaikan ibadah haji. Sesampainya di Jeddah suaminya replek  bilang kalau makanan yang dimakannya 
 
tidak enak,  entah mungkin keadaannya saat itu habis perjalanan jauh, sehingga perutnya belum siap 
 
menerima makanan. Tapi seperti yang kita ketahui kalau di tanah suci, ucapan harus dijaga. Apalagi 
 
 mencela makanan yang sudah terhidang.  Akibat dari perkataan itu, suaminya tidak merasakan nikmatnya 
 
makan selama di tanah suci, hingga pulang ketanah air. Setiap makanan yang masuk, tidak enak dirasa. 
 
Padahal istrinya tidak complain masalah makanan di tanah suci, ia dapat menikmati setiap hidangan 
 
makanan, sehingga pulang ketanah air, berat badannya naik. Pengalaman ini mengingatkan kita untuk 
 
selalu bersyukur terhadap makanan yang kita makan, dan jangan mencela makanan. Wallohu alam. 
 
 
 
Selalu Disuruh masak
Banyak pengalaman saat berhaji yang bisa dijadikan ibroh (pelajaran) buat kita semua. Apalagi selama ini kita masih percaya kalau pengalaman-pengalaman tersebut tidak terlepas dari amal ibadah yang kita lakukan di tanah air.  Sayapun meceritakan ini tidak bermaksud untuk membuka aib seseorang, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita semua dan selalu memperbanyak istigfar dimanapun kita berada, terutama ketika kita berada ditanah suci. Ini pengalaman seorang kerabat  saya sebagai jamaah haji asal DKI Jakarta. Ia mengaku tidak bisa melaksanakan ibadah haji secara  keseluruhan, banyak waktu-waktu yang seharusnya dipakai untuk beribadah ia gunakan untuk memasak. Ini memang aneh, selalu ada saja yang menyuruh ia untuk masak. Padahal di tanah air tidak ada yang berani menyuruh-nyuruh apalagi soal masak memasak sudah diserahkan semua ke pembantu. Barulah ia teringat kalau selama ini ia selalu menyuruh  kepada orang. Dan menganggap orang itu rendah. Sebelum selesai pekerjaan yang satu pembantunya sudah disiapkan pekerjaan yang lain, begitu sampai malam baru pembantunya bisa istirahat. Ia langsung banyak beristigfar ketika ingat akan kekhilapannya. 
 
 
Tidak Bisa Melihat saat Di Masjidil Haram
Pengalaman ini merupakan pengalaman yang dialami oleh salah seorang kerabat yang tinggal di Bulukumba Sulawesi  Selatan. Kejadiannya sekitar tahun 1990 an. Ini diiceritakan oleh anaknya sendiri yang ikut menemani ibadah ketanah suci. Kejadiannya berawal pada saat memasuki masjidil haram, sebut saja Hj Fulanah merasa penglihatannya gelap, dan iapun berbisik keanaknya kalau ia tidak bisa melihat. Anaknya kaget bukan main, ia memapah ibunya keluar. Sesampainya diluar matanya kembali normal. Hj Fulanah masuk lagi ke masjidil haram beserta anaknya namun penglihatannya kembali gelap. Setelah  ditanah air ia merenungi  perbuatan apa yang membuat ia ditegur oleh Allah dengan tidak bisa melihat. Mungkin akibat dari perbuatannya suka meminjamkan uang berbunga, lalu ia pun beristigfar dan berjanji tidak akan memakan uang riba lagi. Dan beberapa tahun kemudian ia kembali ketanah suci. Kali ini ia dapat melihat masjidil haram.


Peci hitam
Ini kisah kakek saya yang berangkat haji sekitar tahun 1990 –an. Cirri khas kakek saya yaitu memakai peci hitam, bahkan peci  hitam menjadi cirri khas para pejabat di Indonesia pada jaman orde baru. Begitu juga kakek yang merupakan pegawai KUA,  pergi ke tanah suci bawa peci warna hitam samapi 6 buah. Tak disangka ternyata peci yang dibawa dari tanah air membawa keberuntungan, hingga ia dapat uang banyak dan bisa membeli oleh-oleh sebagai cendera mata. Ceritanya begini, sewaktu ditanah suci banyak sekali orang asing yang ingin memiliki  peci hitam milik kakek, hingga rela membayar dengan harga mahal, saya lupa nominalnya karena waktu itu saya masih kecil. Sebenarnya kakek tidak berniat menjualnya, tapi kalau ada yang minta ia tanpa pikir panjang  langsung ia berikan.  Tapi orang asing tersebut  memaksa kakek untuk menerima uang itu. Akhirnya kakekpun menerimanya.  Sampai peci yang dibawa kakek  tinggal satu  yang kakek pakai. Ada orang yang berkulit hitam, ada orang Eropa,  ada juga orang cina yang menukarnya. Mereka menukar dengan uang tapi ada juga yang dengan barang.  Kakekpun bisa membeli oleh-oleh untuk cenderamata dari penjualan  pecinya. Maklumlah kakek tidak bawa uang yang banyak pergi ketanah suci, hanya sekedarnya. Tapi bawa oleh-oleh banyak sekali.
1

1 komentar:

Silahkan berikan komentar, saran dan kritik dengan bahasa yang sopan, jangan spam ya!